Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Habsah, Penderita Kanker Payudara

Ditinggal Suami dan Butuh Biaya Perobatan
Oleh : Hendra Zaimi
Sabtu | 17-09-2011 | 14:47 WIB
tp.JPG Honda-Batam

Habsah, saat menerima bantuan obat-obatan herbal untuk penyembuhan penyakit kanker payudara yang diderita dari Sin She Aleng dikediamannya, Sabtu, 17 September 2011 (Foto: Hendra Zaimi)

BATAM, batamtoday - Malang benar nasib yang dialami Habsah (52), ibu rumah tangga yang mempunyai sembilan orang anak ini. Setelah terbaring lemah usai menderita penyakit stroke yang telah dialaminya selama lebih kurang dua tahun dan ditinggal suami kabur entah kemana sekitar setahun yang lalu, kini wanita asal Tarempa, Kabupaten Anambas ini mendapat cobaan baru yang vonis dokter atas sakit kanker payudara yang menimpanya.

Tinggal di sebuah rumah kontrakan semi permanen di jalan Talamatea RT 3/ RW 2 blok C/67 Tanjung Sengkuang Kecamatan Batu Ampar, Habsah hanya bisa terbaring lemah diatas kasur didalam kamar yang berukuran 2x3 di rumah tersebut. Hampir seluruh aktivitas dilakukannya didalam kamar, sebab untuk berdiri dia sudah tidak kuat dan harus dipapah oleh anak-anaknya jika ingin keluar kamar.

Penyakit kanker payudara ini terasa mulai mengganas dan terasa sakit sekitar dua minggu yang lalu, tepatnya pada lebaran ketiga Idul Fitri kemarin. Awalnya Habsah hanya mengalami gatal-gatal pada bagian ketiak sebelah kiri, semula dia hanya mengira itu penyakit gatal biasa dan setelah dikompres air hangat rasa gatal itu tak lama kemudian hilang.

Namun seminggu kemudian, rasa gatal dan perih mulai merambah pada payudara sebelah kiri Habsah dengan adanya benjolan seperti bisul kecil. Habsah susah untuk bergerak jika penyakit yang dialaminya itu menyerang, bahkan untuk bicara saja tidak ada kata yang bisa terucap dari mulutnya itu.

"Untuk bicara saja susah bila penyakit itu menyerang ibu saya," ujar Sunarti (24), anak perempuan Habsah kepada batamtoday, Sabtu (17/9/2011).

Pihak keluarga tidak menduga penyakit yang dialami Habsah adalah kanker payudara, oleh anak-anaknya Habsah dibawa berobat ke Puskesmas Tanjung Sengkuang. Dokter yang menangani tidak mengetahui penyakit yang dialami, dan menyarankan keluarga untuk dibawa berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Batu Aji. Tetapi karena keterbatasan biaya hingga kini Habsah tetap melawan rasa sakit dengan terbaring dirumahnya.

Sampai akhirnya dua benjolan yang ada di payudara sebelah kiri Habsah mengganas dan pecah, dari benjolan keluar cairan kuning kental dan mengeluarkan nanah sekitar dua hari yang lalu. Saat itu Habsah hanya bisa meraung kesakitan dan menangis saat penyakit yang dialaminya semakin hari terasa semakin sakit. Anak-anak tidak bisa berbuat apa karena tidak ada uang untuk membawanya ke rumah sakit.

"Bingung hendak melakukan apa untuk ibu, mau dibawa ke rumah sakit tidak memiliki biaya. Uang dari hasil kerja hanya cukup untuk bayar sewa rumah dan makan," terang Sunarti.

Sebagaimana diketahui Habsah tinggal bersama enam orang anaknya di rumah kontrakan yang telah ditempati selama delapan bulan itu sejak ditinggal suami kabur, sedangkan dua orang anaknya lagi tinggal di Jakarta. Untuk membiayai kehidupan keluarga, Agustar (25) anak ke-3 Habsah bekerja sebagai buruh serabutan, sedangkan Sunarti bekerja sebagai pekerja PT di daerah Batu Ampar.

"Hanya kami berdua yang bekerja, sedangkan yang lain ada kerja tetap. Uang hanya cukup buat makan," kata Agustar.

Pihak keluarga terutama anak-anak sangat kesal dan kecewa dengan sikap dan prilaku ayah mereka Basyari (55), yang tega meninggalkan keluarga dan kabur entah kemana saat Habsah terserang stroke sekitar setahun yang lalu. Hingga kini keberadaan ayah yang tidak bertanggungjawab itu tidak tahu keberadaan dan tidak ada komunikasi lagi.

Bingung harus berbuat apa lagi dan hanya berdoa kepada Tuhan, sudah bermacam cobaan berat yang saya terima. Suamipun rela meninggalkan kami di saat saya terserang stroke tahun lalu," kata Habsah dengan nada terbata-bata.

Kini Habsah dan pihak keluarga hanya bisa memohon dan sangat membutuhkan uluran tangan dan bantuan dari semua kalangan, baik itu donatur yang menyumbang secara pribadi, perusahaan atau pemerintah sehingga meringankan beban keluarga untuk membawa Habsah berobat ke rumah sakit dengan harapan sembuh dari penyakit yang dialami.

"Kami mohon sekali bantuan dan uluran tangan dari pihak mana saja untuk membantu perobatan ibu kami ini, sebab dari keluarga tidak sanggup karena tidak ada biaya," kata Agustar.