Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Waspada Penipuan, Penelpon Mengaku Keluarga dan Dijebak Narkoba
Oleh : Hadli
Sabtu | 10-09-2016 | 14:52 WIB
AKBP-Hartono2.jpg Honda-Batam

Kabid Humas Polda Kepri AKBP Hartono.

BATAMTODAY.COM, Batam - Aksi penipuan semakin bermunculan melalui jaringan telpon. Baik itu melalui layanan pesan singkat atau short massage service (SMS), maupun jejaring sosial. Tapi penipuan yang satu ini lebih unik dan perlu diwaspadai.

Modus penipuannya, yakni saat kita mengangkat seluler, penelpon mengaku sebagai adik atau anak kita. Sambil menangis ia mengaku ditangkap oleh "polisi" (dari satuan narkoba) dan meminta tolong kepada kita tampa mau menyebutkan siapa namanya. "Saya dijebak, tolong saya," kata dia sambil mengeluarkan suara tangisan.

Lantas, sang penelpon memberikan seluler tadi kepada polisi yang dimaksud. "Ini ngomong sama polisinya," kata dia sambil menukarkan posisi seluler.

Sang oknum yang mengaku sebagai Polisi pun menanyakan siapa nama adik kita. Nama yang kita sebut langsung di klaimnya sebagai orang yang telah ditangkap atas kasus narkoba.

"Tolong hargai saya sebagai penegak hukum dan biarkan saya bicara. Adik saudara telah saya tangkap. Kasus ini mau diteruskan apa dibicarakan," kata sang oknum tadi.

Entah memperoleh nomor telpon dari mana, tapi yang jadi jelas tidak ada sasaran yang dituju sang penelpon. Dengan asal menelpon nomor seluler, pelaku akan menelpon dengan modus tangkapan narkoba. Tidak sedikit pula masyarakat bahkan pejabat, aparat tertipu oleh aksi ini. Namun tak sedikit pula yang berhasil mengetahui aksi ini adalah bentuk penipuan.

Nomor seluler si penelpon pun berubah-ubah, tidak monoton. Seperti nomor yang digunakannya yang berhasil diperoleh BATAMTODAY.CO +6285296614400 dan +6285277629250 dari seorang yang nyaris jadi korban.

"Saat itu subuh hari. setelah beberapa kali berdering saya terbangun lantas mengangkat telpon tanpa melihat dulu dengan rinci nomor yang meghubungi saya. Saat itulah saya mendengar suara tangisan seorang yang mengaku adik saya telah ditangkap atas kasus narkoba," kata Arif.

Waktu itu, kata Arif pikirannya masih mengambang karena terjaga akibat terkejut suara telpon nya berdering dan terkejut dengan cerita penelpon. Untung saja ia langsung menyadari penelpon bagian dari kelompok penipuan, karena ia tidak memiliki adik laki-laki.

"Lantas saya suruh aja ditahan. Suara balasan yang terdengar dari telpon pun sedikit melemah," ujarnya. "Ok saya tangkap dan saya tembak kakinya. "Tembak ajalah," jawab Arif. Lantas Arif pun mendengar suara yang menggelikan di ujung telpon. Apap itu? Suara yang terdengar bukanlah suara tembakan, melainkan suara lengkingan tembakan keluar dari mulut oknum yang mengaku polisi tersebut sembari mematikan seluler.

"Bagaimana bila orang yang dihubungi memiliki adik atau anak laki-laki. Dengan situasi itu tentunya langsung terkejut dan hanyut dengan cerita itu. Akhirnya tertipu," ujarnya.

Siang harinya, kata Arif, dengan nomor yang berbeda sang penelpon menghubungi nomornya kembali. Tentunya dengan modus penipuan dan cerita yang sama.

"Saat saya mendengar suara orang menangis dan telponnya diberikan kepada orang lain yang mengaku polisi, langsing saja saya hilang, kau penipu yang meghubungiku subuh tadi kan. Si penipu pun langsung mematikan kontak selularnya," cerita Arif.

Tapi, bagaimana bila kita tidak menyadari bahwa penelpon adalah sindikat dari penipuan. Tentunya saat menyadari korbannya telah terkecoh, buntut-buntutnya pelaku akan meminta sejumlah uang dengan minta korbannya untuk mentransfer ke nomor rekening yang telah di berikan atau kita akan dituntun sampai Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

Menanggapi bentuk aksi penipuan ini, Kabid Humas Polda Kepri AKBP Hartono mengatakan banyak bentuk aksi penipuan yang telah bermunculan. Tidak hanya dalam kasus ini, penipuan dalam bentuk keluarga mengalami kecelakaan, memenangkan undian dan bahkan permintaan uang atas nama pejabat dan aparat pun kerap terjadi.

Oleh karenaya, Hartono menghimbau kepada masyarakat untuk lebih waspada dan berhati-hati sebelum mengambil tindakan yang dapat merugikan kita dan keluarga.

"Jadi sebelum kita lakukan tindakan, hubungi terlebih dahulu keluarga yang dimaksud atau keluarga yang terdekat untuk memastikan kebenarannya. Dengan tindakan itu tentunya kita dapat mencegah bentuk penipuan seperti ini," jelas Hartono.

Editor: Dardani