Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ritual Sembahyang Rebut di Bangka, Seimbangkan Kekuatan Yin dan Yang
Oleh : Redaksi
Sabtu | 20-08-2016 | 11:26 WIB
Sembahyang-rebut.jpg Honda-Batam

Pengunjung berebut hasil pertanian dan makanan saat sembahyang rebut (Sumber foto: Kompas.com)

BATAMTODAY.COM, Pangkalpinang - Ritual sembahyang rebut yang dilaksanakan masyarakat Desa Konghin Pemali, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menjadi tradisi spiritual sekaligus menghibur bagi masyarakat setempat.

Dalam tradisi ini, kekuatan yin dan yang diselaraskan dengan kehidupan umat manusia.

“Ini adalah tradisi umat Konghucu yang dilaksanakan setiap bulan ketujuh. Lazimnya pada pertengahan bulan saat bulan penuh atau purnama,” kata Koordinator Pelaksana Sembahyang Rebut, Waryanto, Jumat (19/8/2016).

Malam itu, sembahyang rebut dipusatkan di sebuah vihara di Desa Pemali. Di tengah-tengah lapangan vihara, telah berdiri sebuah replika sosok “Raja Hantu” setinggi 10 meter. Persis di depan replika raksasa tersebut, terdapat altar sesajen, serta berbagai jenis hasil pertanian yang digantung pada tiang-tiang kayu.

Istilah sembahyang rebut bermula dari aksi para pengunjung yang saling berebutan untuk mendapatkan hasil pertanian yang digantung di depan altar sesajen. Dalam hitungan menit, hasil pertanian yang terdiri dari sayur-sayuran, buah-buahan, kelapa, hingga makanan kemasan, ludes diserbu pengunjung.

Aneka jenis hasil pertanian serta makanan yang tersedia, kata Waryanto, sebagai simbol keharusan umat manusia untuk saling berbagi. Pesan lain yang disampaikan, dalam tradisi ini agar setiap manusia senantiasa berusaha sekuat tenaga atau menghindari kebiasan berpangku tangan.

“Menurut kepercayaan Konghucu, bulan tujuh termasuk bulan yang harus dijaga keseimbangannya. Ada saatnya menerima dan ada saatnya memberi, sehingga antara yin dan yang itu bisa seimbang,” kata Waryanto.

Expand