Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Protes Pajak, Wanita India Memotong Payudara
Oleh : Redaksi
Jum'at | 29-07-2016 | 08:00 WIB
muralibymuralit.jpg Honda-Batam

Nangeli, wanita kasta rendah yang memotong payudaranya sebagai aksi protes "pajak payudara". (Foto: Murali)

KISAH wanita yang memotong payudaranya sebagai protes diskriminasi "pajak payudara" di India diangkat oleh seniman. Empat tahun yang lalu, pelukis Murali T tanpa sengaja menemukan laporan tentang Nangeli. Tertarik dengan cerita tersebut, dia pergi ke Desa Chertala untuk mencari tahu lebih lanjut.

 

"Saya menghabiskan waktu yang lama dengan penduduk setempat di Cherthala bahkan menemukan daerah yang dipercayai pernah ditinggali Nangeli 100-an tahun lalu. Daerah itu dinamakan Mulachhipuram atau diartikan sebagai daerah perempuan berpayudara, diambil dari kisah pengorbanan hebat Nangeli melawan pajak payudara," kata Murali kepada BBC.

Namun, cerita mengenaskan tersebut sangat dihormati oleh penduduk setempat, dan saat ini Murali T berencana untuk mendokumentasikannya serta berharap nantinya akan diakui pemerintah sebagai bagian dari sejarah Kerala.

"Pajak payudara" diberlakukan oleh raja negara bagian Travancore yang merupakan salah satu dari 550 negara bagian pada masa kepemerintahan Inggris di India.

Para wanita kasta rendah tidak diperbolehkan menutupi payudara mereka dan dibebani pajak tinggi apabila mereka melanggar.


"Tujuan pajak payudara adalah untuk mempertahankan struktur kasta," kata Dr Sheeba KM, doktor ilmu ekologi gender dan Dalit, universitas Shri Shankaracharya Sanskrit Vishwavidyalaya di Kerala.

Adat istiadat berpakaian disesuaikan status kasta seseorang, yang berarti mereka bisa langsung dikenali dari cara mereka berpakaian.

Komunitas kasta rendahan seperti Thia, Nadar, Dalit dan Ezhava disuruh membayar pajak, termasuk Nangeli yang berasal dari kasta Ezhava.

Namun, berdasarkan kisah yang diutarakan penduduk setempat, Nangeli memutuskan untuk protes dengan menutupi payudaranya tanpa membayar pajak, suatu pergerakan yang berani dilakukan oleh wanita kasta rendah pada awal 1900-an.

"Waktu petugas pajak mendengar dia menolak membayar pajak, petugas itu mendatangi rumahnya untuk menyuruh berhenti melanggar peraturan. Namun, dia masih tetap menolak dan memotong payudaranya sebagai protes," kata Mohanan Narayan, sopir becak-motor setempat.

Berdasarkan cerita warga setempat, Nangeli meninggal karena kehilangan banyak darah dan suaminya bunuh diri dengan cara terjun ke dalam api pembakaran jenazah isterinya. Suami-isteri tersebut tidak memilik anak dan sanak-saudaranya pindah ke kampung tetangga.

Expand