Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

8.000 Polisi Diskors Pasca-kudeta Turki
Oleh : Redaksi
Selasa | 19-07-2016 | 09:02 WIB
erdogan_coupbygetty.jpg Honda-Batam

Presiden Recep Tayyip ErdoÄŸan di tengah-tengah rakyat yang mendukungnya. (Foto: Getty)

BATAMTODAY.COM, Ankara - Lebih dari 100 jenderal dan laksamana ditahan dalam penggerebekan di sejumlah tempat di Turki. Pihak berwenang Turki mengatakan, sekitar 8.000 aparat polisi diberhentikan sementara karena diduga memiliki kaitan dengan upaya kudeta yang gagal akhir pekan lalu.

 

Langkah ini menyusul penahanan sekitar 6.000 aparat kehakiman dan militer, termasuk para jenderal. Media pemerintah melaporkan, Senin18 Juli, bahwa lebih dari 100 jenderal dan laksamana ditahan dalam penggerebekan di sejumlah tempat di negara itu.

Menteri Luar Negeri Amerikat Serikat, John Kerry, menanggapi pembersihan oleh pemerintah Turki dengan mengingatkan pentingnya pemerintahan demokratis.

Hal tersebut disampaikannya di Brussels di sela-sela pertemuan dengan para menteri luar negeri Uni Eropa. "Kami jelas akan mendukung langkah membawa para pelaku kudeta ke pengadilan namun kami juga memperingatkan jangkauan yang ke luar dari situ."

Pemerintah Turki menuduh ulama Fethullah Gulen yang tinggal di Amerika Serikat yang berada di belakang upaya kudeta tersebut, namun dia sudah membantah keterlibatannya. Sebaliknya Gulen malah mengatakan terbuka kemungkinan kudeta malah didalangi sendiri oleh Presiden Recep Tayyip ErdoÄŸan sendiri.

Delapan perwira militer yang terbang ke Yunani dengan menggunakan helikopter sudah dihadirkan di pengadilan di kota Alexandropouli, di dekat perbatasan Yunani-Turki. Namun sidang dengan dakwaan memasuki Yunani secara gelap ditunda hingga Kamis, 21 Juli.

Turki sudah meminta ekstradisi mereka, yang mengajukan permohonan suaka di Yunani. Presiden Erdogan, dalam pidato di hadapan warga Turki, Minggu (17/7/2016), mengatakan akan mempertimbangkan penerapan kembali hukuman mati, yang dihapuskan tahun 2004 lalu sebagai bagian dari upaya Turki untuk bergabung dengan Uni Eropa.

Sumber: BBC Indonesia
Editor: Dardani