Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pesawat Tanpa Bahan Bakar Solar Terbang Menuju Kairo
Oleh : Redaksi
Selasa | 12-07-2016 | 09:26 WIB
pesawatsolarbybbc.jpg Honda-Batam

Pesawat tanpa bahan bakar Solar Impulse terbang meninggalkan Seville, Spanyol. (Foto: BBC)

BATAMTODAY.COM, Kairo - Solar Impulse terbang meninggalkan Seville, Spanyol, menuju Kairo, Mesir. Ini adalah penerbangan sebelum penerbangan final pesawat tanpa bahan bakar tersebut menuju Abu Dhabi.

 

Perjalanan itu membutuhkan waktu sekitar 48 hingga 72 jam, tergantung kondisi cuaca selama perjalanan. Perjalanan mengelilingi dunia ini dimulai Maret 2015.

Kedua pilot berbagi tugas selama penerbangan. Andre Borschberg memegang kendali dalam penerbangan Seville-Cairo; Bertrand Piccard yang akan menyelesaikan tantangan keliling dunia ini dengan menerbangkan Solar Impulse kembali ke Uni Emirat Arab.

Pengelola misi ini ingin pesawat mendarat di Mesir pada pagi hari saat angin dan temperatur mendukung.

Dan mereka harus sangat hati-hati tidak memaparkan sel surya di pesawat dengan panas yang terlalu tinggi saat diparkir di Kairo.

Jika Solar Impulse tidak siap mendarat di Mesir Rabu pagi (13/07), maka pesawat tersebut akan menunggu di udara hingga Kamis pagi. "Angin untuk mendarat hanya baik dari pukul dua hingga delapan pagi," jelas direktur penerbangan Raymond Clerc.

"Lalu, jika harus mendarat sesudahnya, temperatur di darat akan terlalu tinggi, dan ini akan menjadi masalah untuk landasan (untuk memindahkan pesawat ke hanggar). Jika terbang, tidak ada masalah karena pesawat dikendalikan oleh kecepatan angin.”

Penerbangan sebelum penerbangan final ini menyeberangi tujuh negara dan melewati trayek-trayek udara yang sibuk, pesawat yang bergerak lambat ini juga harus memperhitungkan operasi militer udara di daerah Mediterania dan Afrika Utara.

Bagi Bertrand Piccard, terbang ke Mesir menjadi jejak penting untuk proyek yang dia mulai ini. Mesir adalah tempat di mana 17 tahun lalu dia mendaratkan Breitling Orbiter 3 – balon udara pertama yang mengelilingi dunia tanpa henti.

"Kami tiba di sana dengan bahan bakar yang tersisa sangat sedikit - gas propana yang harus dibakar agar balon dapat tetap mengudara. Saya mendarat di sana dengan persediaan di bawah 1%, dan saya sangat takut kekurangan gas sampai tujuan. Dan di situlah saya berkata saya mau terbang keliling dunia lagi namun tidak dengan bahan bakar,” petualang asal Swiss itu berkata.

Sumber: BBC Indonesia
Editor: Dardani