Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tausiah Sang Pemimpin dari Mimbar Becek dan Bau
Oleh : saibansah
Minggu | 20-03-2016 | 08:00 WIB
P_20160313_210551.jpg Honda-Batam
Wakil Gubernur Kepri, Nurdin Basirun saat menyampaikan tausiahnya di Pasar Induk Jodoh Batam. (Foto: Saibansah)

SEORANG pemimpin adalah imam. Dan imam harus siap memberikan tausiahnya, di mana pun itu. Termasuk, di pasar becek yang jorok dan bau. Karena memang itulah amanah yang melekat di pundaknya. Dan tugas itu dilakukan Nurdin Basirun, Wakil Gubernur Kepri, pada Minggu, 13 Maret 2016 pukul 20.00 WIB lalu. Apa saja tausiah sang pemimpin Kepri itu dari Pasar Induk Jodoh Batam yang jorok dan bau? Berikut catatan wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah Dardani. 

Minggu malam itu, langit Batam cerah. Lalu lintas di depan Pasar Induk Jodoh Batam, juga lengang. Suasana yang sangat kondusif bagi umat Islam untuk menghadiri Tabligh Akbar yang digelar oleh para pengurus Front Pembela Islam (FPI) Provinsi Kepri di halaman belakang "pasar gagal" itu.  

Mengangkat tema: "Menangkal LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) dan Radikalisme di Tanah Melayu", FPI Kepri menghadirkan dua penceramah sekaligus. Yaitu, Ketua Umum DPD FPI Pusat, KH. Ahmad Shobri Lubis dari Jakarta dan KH. DR. M. Yahya Waloni, mantan pendeta asal Manado. 

Namun, sebelum kedua penceramah itu menyampaikan tausiahnya. Terlebih dahulu, Wakil Gubernur Kepri, Nurdin Basirun yang tampil memberikan tausiahnya. Mengenakan peci hitam dan berbaju putih lengan panjang serta bercelana hitam, mantan Bupati Bintan itu, membuka tausiahnya salam ramah. 

Kemudian, mengucapkan terimakasihnya karena telah diundang oleh FPI Kepri bersama umat Islam di Pasar Induk Jodoh Batam ini. Tak lupa, dalam setiap penyampaian tausiahnya yang kalem dan suara lembut, pemimpin Kepri yang masih piawai menahkodai kapal itu, menyelipkan humor khasnya. Dengan bahasa dan logat Melayu yang kental pula. 

Nudin mengingatkan umat Islam di Batam, ada ancaman yang telah berada di depan mata kita semua saat ini. Ancaman itu adalah LGBT. Kelompok ini tidak bergerak sendiri, tapi bersama dengan organisasi global yang memiliki modal besar. Mereka melakukan gerakan masif yang pada akhirnya akan merusak moral anak-anak kita dan generasi penerus Batam. 

Untuk itu, tak ada solusi atau penangkal paling efektif. Kecuali, umat Islam harus segera merapatkan barisan. Jangan lagi tercerai-berai dan jangan mau dipecah-pecah. Umat Islam harus memakmurkan masjid-masjid di mana pun itu. Bahkan, Nurdin mendorong agar umat Islam di Kepri, mau menyekolahkan anak-anak mereka di pesantren. 

Selanjutnya, Nurdin memprogramkan agar semua imam masjid, paling tidak di tingkat kecamatan, semua hafal al Qur'an. Karena dengan begitu, muncul kecintaan pada al Qur'an. Hari ini, tak ada lagi senjata paling sakti umat Islam di akhir zaman ini, kecuali al Qur'an. 

Dan al Qur'an inilah yang coba dihancurkan oleh kelompok LGBT. Dengan membangun opini masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim, bahwa pernikahan sejenis itu adalah hak asasi manusia. Tidak boleh ada yang melarangnya. Meskipun al Qur'an dengan tegas mengharamkan pernikahan sejenis itu.  

Itulah ancaman di depan mata yang dimaksudkan oleh sang pemimpin Kepri yang bersedia hadir meski di tempat yang becek dan bau. Sejatinya, pemimpin memang harus siap hadir di semua tempat, baik di hotel berbintang lima, sampai dengan perkampungan ruli. Subhanallah. 

Editor: Dardani