Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tak Banyak yang Tahu, Astronom Amerika Pernah Teliti Gerhana Matahari di Singkep
Oleh : Nurjali
Kamis | 10-03-2016 | 09:26 WIB
gerhana_matahari.jpg Honda-Batam
Gerhana Matahari Total. (Foto: suaramerdeka)

BATAMTODAY.COM, Dabosingkep - Tak banyak yang tahu, Pulau Singkep, penghasil timah adalah salah satu daerah pertama mengalami fenomena yang tengah ramai diperbincangkan saat ini di Indonesia, gerhana matahari total, GMT. Perisitiwa itu terjadi pada tahun 1901 di bulan  Maret, bulan yang sama dengan GMT tahun ini.

Dalam buku yang ditulis oleh Mabel Loomis Todd dan diterjemahkan oleh Aswandi Syahri, ada cerita perjalanan menarik dari para astronot kulit putih untuk meneliti fenomena alam yang jarang terjadi tersebut. 

Dari buku yang diperleh BATAMTODAY.COM dari mantan pejabat di perusahaan timah itu, menceritakan banyak hal tentang perjalanan para astronom asal Amerika Serikat.

"An Eclipse at Singkep " terbit edisi bulan Juni 1901 di surat kabar The Strait Times. Ini adalah bukti sejarah ekspedisi yang pernah ditulis oleh Mabel Loomis Todd yang kini menjadi sejarah Astronomi Dunia dengan judul The Amherst Eclipse Expedition to Singkep 1901 (Ekpedisi Gerhana Matahari Amherst ke Pulau Singkep, 1901).

Dalam tulisan tersebut penulis menceritakan perjalanannya ke Pulau Singkep dan Lingga dari Singapura di bulan April dengan menggunakan kapal uap yang mengangkut hasil bumi di Singkep yaitu Timah dan juga para kuli asal tiongkok untuk melakukan penambangan di Pulau Singkep.

Para peneliti ini tiba di Dabo sebuah desa kecil yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Di kota tempat yang banyak pepohonan kelapa dan sagu inilah tempat para astronom itu akan mengamati Gerhana Matahari.

Di dalam tulisan tersebut juga menceritakan bagaimana seorang Sultan Lingga yang sangat menghargai para tamunya dengan menyuguhkan berbagai hiburan kala itu, ialah Abdul Rahman Mu'azamsyah, pemimpin dari Kerajaan Riau Lingga. 

Penelitian ini juga menggunakan fasilitas kerajaan, ialah kapal kecil bertenaga uap, yang elit kala itu adalah Kapal Dalel yang digunakan para astronom ini untuk mengumpulkan data-data dan persiapan sebelum gerhana matahari tersebut terjadi.

Pulau yang menjadi lokasi pengamatan saat itu adalah Pulau Lala yang kini dikenal dengan Pulau Lalang Desa Berhala. Dalam tulisan tersebut dari pulau yang dekat dengan Jambi ini dapat melihat pulau Singkep sebagai sebuah benua kecil.

Pulau Dabo kala itu menjadi kunjungan orang-orang dari Inggris dan beberapa Negara Eropa. Para peneliti ini ditempat di sebuah rumah-rumah milik Belanda yang kala itu menjadi Perusahaan pengolah Timah. "Negeri kecil Dabo mulai merasakan dampak yang sangat Kosmopolitan menjelang gerhana matahari,"

Kejadian gerhana matahari kala itu disiang hari tepat pukul 12.00 Siang, Fenomena ini ditanggapi berbagai macam pendapat oleh masyarakat yang tidak begitu memahami Astronomi. Para pendatang Tiongkok sibuk membunyikan gong-gong dan mercon karena mereka beranggapan bahwa matahari akan ditelan naga, dengan gong mereka berharap naga memuntahkan Matahari tersebut.

"Suasana saat itu menjadi gelap seketika." 

Tradisi itu kini berlangsung di setiap ada gerhana, bahkan ada yang menggelar berbagai ritual jika gerhana terjadi.

Itulah sekilas tulisan yang dikuti dari hasil terjemahan, Aswandi Syahri. 

Kemarin pagi, juga menjadi hal yang paling dinanti banyak kalangan, namun kali ini masyarakat malah antusias untuk menyaksikan Gerhana tersebut, berbeda dengan ratusan dan puluhan tahun yang lalu dikala itu masyarakat ketakutan untuk keluar rumah, bahkan bagi yang mengandung saat itu disarankan untuk sembunyi saat gerhana datang.

Namun dalam beberapa sejarah terjadinya gerhana pertama kali, di beberapa buku sejarah hanya menuliskan Jambi sebagai daerah yang pernah mengalami Gerhana Matahari total, pulau Singkep sebagai saksi sejarah gerhana Matahari pertama di abad 20 itu tidak tertulis dalam catatan sejarah para penulis nusantara. 

Editor: Dardani