Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Terungkap, Dokumen Dugaan Puluhan Petenis Pengaturan Skor
Oleh : Redaksi
Selasa | 19-01-2016 | 09:41 WIB
tennis_by_thinkstock.jpg Honda-Batam
Petenis wanita. (Foto: Thinkstock)

BATAMTODAY.COM, Australia - Para petenis yang dicurigai terlibat pengaturan skor masih berlaga sampai sekarang di turnamen-turnamen top dunia.


Sebanyak 16 petenis top dunia telah berkali-kali dilaporkan ke Asosiasi Tenis Profesional atas kecurigaan bahwa mereka sengaja mengalah dalam berbagai kompetisi dunia, termasuk Wimbledon.

Dalam dokumen-dokumen rahasia yang diperoleh BBC dan BuzzFeed News, terungkap bahwa belasan pemain itu ditengarai berlaku curang demi mengatur skor.

Akan tetapi, para petenis tersebut tidak pernah mendapat sanksi dari Asosiasi Tenis Profesional (ATP). Beberapa petenis malah masih berlaga dalam turnamen-turnamen Grand Slam. Bahkan di antara mereka, ada petenis yang menjuarai turnamen Grand Slam.

Dokumen-dokumen itu dibuat pada 2008 guna merespons sebuah pertandingan yang janggal antara petenis peringkat empat dunia, Nikolay Davydenko, dan petenis Argentina, Martin Vassallo Arguello, dalam sebuah turnamen di Sopot, Polandia, pada Agustus 2007.

Kejanggalan mulai tampak ketika taruhan di rumah judi Betfair justru tidak mengunggulkan Davydenko. Sekelompok pejudi asal Rusia bertaruh jutaan pound bahwa Arguello akan menang. Di tengah pertandingan, Davydenko tiba-tiba mengundurkan diri dari pertandingan dengan alasan cedera. Rumah judi Betfair sontak memutuskan untuk meniadakan taruhan untuk laga tersebut.

Sebuah tim penyelidik bernama Tennis Integrity Unit pun dibentuk oleh Asosiasi Petenis Profesional. Tim tersebut kemudian mewawancarai kedua pemain, pelatih mereka, tim pendukung, keluarga, dan ofisial pertandingan.

Namun, ATP memutuskan untuk menutup kasus itu dan membebaskan kedua petenis dari tuduhan. BBC mencoba menghubungi Davydenko dan pengacaranya, Frank Immenga, mengatakan ‘tidak ingin membuka ruang untuk spekulasi lebih lanjut’, Adapun Martin Vassallo Arguello tidak menanggapi permintaan wawancara.

Salah satu anggota tim penyelidik, Mark Phillips, mengaku bukti-bukti yang mereka kumpulkan sejatinya sangat kuat. Bahkan, menurutnya, mereka menemukan bukti percakapan antara Arguello dengan seorang petaruh di Sisilia, Italia, sebelum pertandingan berlangsung.

Percakapan tersebut mengarah pada pertandingan antara Arguello dan Davydenko. Salah satu pesan dari sang petaruh berbunyi, ‘Saya ingin berbincang dengan kamu soal pertandingan’.

Arguello kemudian membalas, ‘Dia tidak mau melakukannya. Dia berniat untuk menang’.

Sesaat sebelum pertandingan dimulai, Arguello mengirim pesan ke sang petaruh, ‘Semua beres’.
Setelah menginvestigasi pertandingan Davydenko dan Arguello, tim penyelidik lanjut meninjau sejumlah pertandingan tenis lainnya. Mereka menemukan berbagai kelompok petaruh di balik pengaturan skor.

Sindikat pertama berbasis di Rusia. Mereka bertaruh pada lima pertandingan yang mencurigakan dan mengambil untung £250.000. Dalam laporannya, Mark Phillips menyebut keyakinannya bahwa petenis-petenis Rusia terlibat.

Grup kedua berasal dari Sisilia, Italia, yang bertaruh di 12 pertandingan mencurigakan dan menangguk untung lebih dari £650.000. Tiga dari pertandingan tersebut berlangsung di Wimbledon dan satu lainnya di Prancis Terbuka.

Kelompok ketiga dari Italia utara dan bertaruh pada 28 pertandingan mencurigakan dan memperoleh untung melampaui £650.000. Menurut Phillips, dalam beberapa pertandingan, kedua petenis yang bertarung terlibat dalam konspirasi.

Laporan-laporan itu disampaikan ke ATP. Namun, Phillips terkejut dengan respons organisasi itu. “Jelas kemudian bahwa mereka tidak menginginkan nasihat kami atau apapun.”

Akibatnya, sebanyak 28 pemain yang disoroti tim penyelidik masih terus berlaga di turnamen-turnamen top dunia. Sebanyak 16 orang di antara mereka masih berkiprah sampai sekarang, termasuk dalam Australia Terbuka yang digelar pekan ini.

Akan tetapi, Chris Kermode selaku direktur eksekutif ATP mengatakan bahwa pendapat yang menganggap ‘tenis tidak bertindak sepatutnya, mengada-ada’.

Dengan membentuk Tennis Integrity Unit, menurutnya, ATP menunjukkan komitmen untuk membongkar korupsi. “Kami sadar (praktik kecurangan) itu ada di sana, saya pikir dalam tingkat yang kecil dan menjadi urusan kami ke depan untuk tetap menindaklanjutinya dalam cara terbaik.”

Soal bukti-bukti yang diajukan mengenai 28 petenis pada 2008, kata Kermode, terlalu lemah untuk bisa ditindaklanjuti. (Sumber: BBC Indonesia)

Editor: Dardani