Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Begini, Cara Singapura Lindungi Keluarga
Oleh : saibansah dardani
Senin | 04-01-2016 | 08:00 WIB
P_20151224_184656.jpg Honda-Batam
Inilah neonsign yang dipasang dewan nasional Penanggulangan dampak negatif judi Singapura. (Foto: Saibansah Dardani)

SIAPA yang rela suami atau istrinya kecanduan judi? Walaupun judi telah dilegalkan oleh pemerintah. Tak ada! Bahkan, pemerintah yang melegalkan judi pun tak mau rakyatnya kecanduan judi. Begitu juga dengan tetangga kita, Singapura. Tak mau rakyatnya kecanduan judi, pemerintah Singapura membentuk dewan khusus. Berikut catatan wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah Dardani dari kunjungannya ke negeri tetangga itu.

Saat melintas di lantai dua Harbourfront Singapura, tepat di akses masuk menuju gate keberangkatan kapal pesiar, kita akan melihat sebuah neonsign ukuran 2x5 horizontal. Ada tulisan warna merah menyala, "Protect Your Family" dan nomor call center, 1800-6-668-668. Hanya dua itu yang bisa saya baca. Sisanya, tulisan huruf Mandarin yang sama sekali tidak saya pahami. 

Lalu, ada foto sebuah keluarga sakinah mawaddah warrohmah dengan seorang anak balita. Sungguh, sebuah gambar yang sempurna untuk berbicara soal keluarga kecil bahagia. Tapi kebahagiaan keluarga kecil ini pun tergantung pada 3 buah balok yang masih tegak berdiri. Jika ketiga balok itu tumbang ditimpa balok di belakangnya, habislah keluarga kecil bahagia itu. 

Begitu gambaran advertising yang dipasang oleh The NCPG (National Council of Problem Gambling), sebuah dewan nasional yang dibentuk oleh pemerintah Singapura pada 31 Agustus 2005 lalu. Dewan yang dipimpin oleh Lim Hock San itu terdiri atas 19 orang pakar dalam bidang psikologi, psikiatri, pelayanan sosial, konseling, hukum, rehabilitatif serta pelayanan keagamaan.

Dewan ini dibentuk untuk menangani masalah judi, menyusul keputusan pemerintah Singapura melegalkan perjudian dan membangun dua resor wisata judi terpadu di Marina Bay dan Sentosa. Tugas utamanya adalah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak negatif mengadu nasib di meja judi.

Pada bulan Januari 2006, sebuah serial TV Bet Your Life diluncurkan untuk meneliti masalah judi dan dampaknya pada keluarga dan masyarakat. Anggaran untuk penelitian ini tidak ala kadar, jumlahnya Sing $150.000 atau sekitar Rp1.425.000.000 dengan nilai kurs Rp9.500. Hasilnya, diharapkan dapat memberikan solusi dan membantu pemulihan para korban judi. 

Ternyata, dari David, seorang sopir taksi yang mengantarkan saya menuju pusat bisnis, Orchard Road, gambaran mengenai cara pemerintah Singapura melindungi rakyatnya dari dampak negatif judi, semakin jelas. "Untuk kami, warga Singapura tidak bisa begitu saja masuk ke kasino, harus memenuhi banyak syarat," tutur David sambil sambil terus mengarahkan pandangannya, lurus. 

Kalau untuk orang asing, tambahnya, cukup tunjukkan paspor, langsung bisa mengadu nasib. Gratis. "Tapi kalau untuk kami, harus bayar. Setelah bayar, tidak bisa langsung main, dicek dulu, apakah tidak ada tunggakan pajak," ungkap pria pensiunan itu lagi. 

Bayar sudah, urusan pajak beres, apakah sudah bisa langsung mengadu nasib di meja judi? Belum! Masih ada satu "barikade" lagi yang harus dilewati oleh rakyat Singapura jika ingin berjudi. "Dicek dulu, apakah ada nota keberatan dari keluarga, istri, suami atau anak yang melarang ayah atau suami mereka berjudi. Jika ada, ya langsung ditolak." 

Begitulah, cara pemerintah Singapura melindungi keutuhan keluarga rakyatnya. Pemerintah negara kota yang memiliki dua surga judi standar internasional itu juga sadar, dampak negatif dari judi. Karena memang, judi hanya menjanjikan kemenangan. Menjanjikan kekayaan. Bohong! Kalaupun kau menang, itu awal dari kekalahan...

Bukankah begitu lirik dakwah bang Haji Rhoma Irama? 

Editor: Dodo