Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Australia Nilai Kunci Sukses Singapura Ada di Perencanaan
Oleh : Redaksi
Jum'at | 07-08-2015 | 14:15 WIB

BATAMTODAY.COM - Bagi banyak warga Indonesia, Singapura seringkali jadi tujuan liburan dan berbelanja. Bagi pengamat Australia, kunci keberhasilan Singapura ada pada perencanaan. Singapura merayakan kemerdekaannya yang ke-50, hari Minggu (9/8/2015).

Singapura, negara kecil dengan jumlah penduduk lima juta jiwa, memiliki perekonomian yang cukup pesat.

Tercatat 1 dari 6 keluarga setidaknya masuk dalam kategori miliyuner, dengan jumlah pengangguran yang bisa dipertahankan dibawah dua persen. Tak hanya itu, hampir seluruh warga Singapura memiliki rumah sendiri.

Menurut Song Seng Wun, ekonom regional dari CIMB Private Banking, para perintis negara Singapura yang berasal dari koloni Inggris dan letaknya sebagai pelabuhan perdagangan, menjadikan Singapura menjadi lokasi yang ideal untuk menggapai kawasan Asia dan Pasifik.

"Dari pelabuhan perdagangan, Singapura menemukan potensi lain, yakni jasa keuangan," kata Wun.

"Sementara landasan lainnya adalah sektor manufaktur, sehingga memastikan terciptanya lapangan pekerjaan yang terus-menerus untuk warga Singapura dan asing," kata Wun.

Prof. Michael Barr dari Flinders University di Australia, telah menjadi pengamat Singapura selama lebih dari 20 tahun.

"Waktu yang tepat untuk merdeka dan upaya mengubah negara menjadi manufaktur adalah kelebihannya," kata Prof. Barr.

"Dimulai untuk mengubah diri menjadi pusat manufaktur dan transportasi, seperti revolusi transportasi yang juga terjadi di Jepang dan Amerika Serikat."

Selama bertahun-tahun, Singapura telah memiliki reputasi sebagai negara yang stabil dan efisien. Menjadikannya sebagai salah satu negara termudah di dunia untuk melakukan bisnis, terbukti dengan menarik banyak perusahaan global untuk membuka bisnisnya di Singapura.

"Kapasitas untuk perencanaan jangka panjang perencanaan dan melihat detail hingga akhir, telah memungkinkan pemerintah untuk memproyeksikan negaranya ke depan dengan stabil, menguntungkan dan dapat diprediksi," kata tambah Prof. Barr.

Sementara itu, Wun dari CIMB Private Banking mengatakan perencanaan negara yang dilakukan pemerintah tidak lepas dari peran Partai Aksi Rakyat (PAP).

"Hal yang paling penting untuk dicermati adalah transformasi fisik negara pulau itu sendiri, dengan infrastruktur yang terus ditingkatkan," katanya.

"PAP telah memerintah Singpura selama lima dekade terakhir, dengan memiliki kemampuan untuk merencanakan sangat jauh ke depan."

Menurut Wun, sangat sedikit pemerintah di dunia yang memiliki kebebasan hingga ke depan. Karena konsistensinya, Singapura menjadi jauh lebih efisien dan maju dengan cepat daripada negara-negara lain.

Pemimpin yang membawa perubahan
Keberhasilan ekonomi Singapura dianggap tidak lepas dari peranan perdana menteri pertama Singapura, Lee Kuan Yew, yang meninggal pada bulan Maret 2015.

Lee dikenal karena pribadinya yang tanpa basa-basi, pendekatan yang tanpa pandang bulu, dan dianggap kurang memiliki tolerasi di mata oposisinya.

Di bawah kepemimpinannya, Singapura menjadi salah satu negara paling baik untuk ditinggali di Asia. Korupsi berhasil diberantas dan pendapatan negara per kapita berhasil naik lebih dari dua kali lipat.

"Dasarnya telah kuat dan berhubungan dengan ekonomi, itulah yang selalu ada di otak Lee Kuan Yew," kata Catherine Lime, seorang komentator politik dan penulis. 

Veteran politisi yang kemudian menjabat sebagai perdana menteri dari lebih dari tiga dekade telah menjadikan Singapura tumbuh menjadi pusat kekuatan di kawasan Asia Tenggara. Lee juga menjadi salah satu pemimpin yang berpengaruh di dunia.

Pada tahun 1980, Lee pernah memperingatkan bahwa Australia berada dalam bahaya menjadi "sampah" di Asia. Australia pun mau mendengar peringatan ini.

Ia pensiun di tahun 2011 ketika mengundurkan diri dari kabinetnya, setelah partainya PAP menurun drastis, dengan menunjukkan hasil terburuk saat pemilihan umum.

Ia meninggal di usia 91 tahun karena pneumonia awal tahun 2015. Saat ia meninggal, ribuan warga Singapura memenuhi jalanan di Singapura untuk memberikan penghormatan terakhir. 

Pemakaman kenegaraan pun bahkan dihadiri oleh para pemimpin global, termasuk mantan presiden Amerika Serikat, Bill Clinton dan mantan Menteri Luar Negeri Amerika, Henry Kissinger. Perdana Menteri Australia, Tony Abbott juga ikut hadir.

Tantangan untuk Singapura baru
Putra pertama Lee, Lee Hsien Loong adalah perdana menteri Singapura saat ini. Ia menjadi perdana menteri ketiga sejak tahun 2004.

Beberapa tantangan yang dihadapi tim Lee saat ini adalah warga Australia yang menjadi lebih vokal, perlambatan pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya jumlah populasi yang masuk kategori berusia lanjut.

Kebijakan imigrasi liberal dari Loong untuk meningkatkan populasi produktif telah dianggap sebagai "respon yang imajinatif" oleh Dr Barr dari Flinders University di Australia.

"Mereka pikir mereka menghadapi krisis ekonomi, dan satu-satunya hal yang mereka anggap sebagai pemecahannya adalah meningkatkan tingkat imigrasi, sehingga meningkatkan jumlah pekerja," katanya.

"Tapi ini semua tanpa pertimbangan pengembangan infrastruktur dan memberikan dampak sosial," tambahnya.

Sementara itu, komentator Catherine Lim menganggap pemerintah saat ini perlu "terbiasa dengan generasi muda" yang saat ini menjadi lebih vokal.

Belum lagi dengan reputasi Singapura saat ini yang yang telah menggunakan cara dengan mencemarkan nama baik untuk pihak oposisi telah meluas ke dunia online.

Awal tahun ini, seorang remaja bernama Amos Yee dijatuhkan hukuman penjara empat minggu, setelah mengunggah video online yang berisi serangan kepada pemerintah.

Dengan permasalahan ekonomi global, Singapura mungkin tidak akan mampu mempertahankan laju percepatan pertumbuhan ekonomi yang telah dinikmati selama beberapa dekade.

Sumber: ABC Radio Australia