Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Nyanyikan Adzan, Blogger Malaysia Ini Kembali Picu Kemarahan Publik
Oleh : Redaksi
Senin | 04-05-2015 | 12:48 WIB
alvin.jpg Honda-Batam
Nukilan video Alvin Tan saat beraksi. (Foto: net)

BATAMTODAY.COM, Kuala Lumpur - Blogger kontroversial asal Malaysia, Alvin Tan, kembali berulah. Ulahnya kali ini pun menuai kemarahan publik setelah dirinya menggunggah video nyanyian adzan di Facebook.

Dalam video itu, Tan yang bertelanjang dada dan menggunakan kacamata hitam, terlihat bermain piano sembari menyanyikan adzan "versi R&B" dengan lirik yang kacau. Di bawah videonya, dia menulis, "tolong jangan bilang kalau liriknya salah. Pertama ini adalah versi cover, jadi modifikasi kreatif diizinkan. Kedua, saya bukan pelaku bom bunuh diri."

Video itu telah ditonton 400.000 kali dan menuai kemarahan muslim di Malaysia. "Alvin Tan, memalukan!" kata seorang pengguna media sosial.

"Ini adalah penghinaan paling buruk yang saya pernah lihat," kata yang lain. "Menjijikan."

Namun, ada juga yang berkomentar biasa saja. "Usaha yang bagus... Saya muslim dan saya tidak marah."

Tontonan itu memicu perdebatan di Malaysia tentang agama. Lebih dari 60 persen warganya adalah muslim dari etnis Melayu tetapi terdapat minoritas Buddha, Kristen, dan Hindu. Lebih dari seperlima orang Malaysia, seperti Tan, adalah keturunan Tionghoa.

Dia melakukan itu dengan alasan untuk membela kebebasan berpendapat. Namun, tindakannya itu tidak populer di komunitas non-muslim. "Alvin Tan bertindak terlalu jauh. Tetapi tentu saja, tindakan dan perilakunya tidak mencerminkan komunitas Cina di Malaysia. Jadi salahkan dia, bukan warga Cina," kata seorang pengguna Twitter.

Ini bukan pertama kali dia menuai kontroversi. Dia bersama mantan kekasihnya pernah menggunggah foto mereka ketika makan babi sambil mengucapkan selamat berpuasa di bulan Ramadhan kepada umat muslim dua tahun lalu.

Foto itu membuatnya ditahan atas tuduhan penghasutan. Dari sinilah Tan mengklaim bahwa tidak ada kebebasan berpendapat di Malaysia, bahwa UU Penghasutan pernah dikritik AS dan Human Rights Watch, karena salah satunya bisa digunakan untuk menjerat orang-orang yang dianggap mengkritik agama dan menyinggung umat.

Tan mengatakan kepada BBC Trending bahwa, dia 'dianiaya' oleh pemerintah Malaysia. "Tujuan saya adalah untuk mengekspos ekstremisme dan kekerasan yang biasa terjadi di Malaysia bertahun-tahun, begitu banyak kasus sehingga label Malaysia sebagai 'model negara muslim moderat' seharusnya tidak lagi diberikan," katanya.

Namun dia mengatakan tidak sedang melawan agama. "Saya hanya berjuang untuk pemisahan sejati antara agama dan negara di Malaysia," kata Tan yang sekarang tinggal di Amerika Serikat itu. (*)

Sumber: BBC