Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Indonesia Makin Tergantung pada berbagai Komoditas Impor
Oleh : Surya
Selasa | 07-04-2015 | 09:26 WIB

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Ketua Komisi IV DPR, Edhi Prabowo mengaku bingung adanya berbagai komoditas di Indonesia yang semuanya berasal dari impor negara asing.

Ketergantungan bangsa Indonesia terhadap produksi impor telah menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang konsumtif.

Menurut Edhy, jika swasembada pangan yang tidak saja terbatas pada beras, tapi juga jagung, gandum, kedelai dan lain-lain bisa terwujud, maka sebenarnya tidak masalah dengan nilai dollar AS.

"Bayangkan kita impor 7 juta gandum per tahun, tapi satu hektar pun kita tidak memiliki lahan gandum di sini. Jadi, ini bukti kita menjadi bangsa yang konsumtif,” kata Edhi Prabowo dalam diskusi dialog pilar negara bertema ‘Pelemahan Nilai Rupiah dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pangan’ di Gedung MPR/DPR,  Jakarta, Senin (6/4).

Sebenarnya, menurut Edhi, berapapun tingginya nilai dollar terhadap rupiah, tidak akan pernah berpengaruh apabila Indonesia tidak memiliki ketergantungan dalam impor. Celakanya, tingginya nilai dollar saat ini yang mencapai Rp 13.000 per dollar AS, makin mencekik karena harga komoditas impor juga makin tinggi dan bangsa Indonesia mau tidak mau harus mengimpor karena dari luar negeri.

Guru Besar ilmu Pertanian dari Intitute Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas menyarankan agar pemerintah memperkuat pelemahan rupiah sekarang ini dengan meningkatkan ekspor, karena otomatis impor pangan akan menurun. Namun, dinamika itu tak bisa cepat untuk merespon penguatan dollar AS.

“Yang penting pemerintah harus perkuat petani dengan menyubsidi yang besar. Seperti Eropa yang menyubsidi 480 miliar dollar AS atau Rp 5.200 triliun untuk mewujudkan kedaulatan pangannya. Indonesia juga harus demikian,” jelasnya.

Editor : Surya