Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Dua Tahun HM Sani Menjabat Warga Miskin Kepri Hanya Berkurang 100 Orang
Oleh : Charles
Sabtu | 02-07-2011 | 08:57 WIB
rd-rumah-lina-tidak-layak-huni1-e-s.jpg Honda-Batam

Salah satu keluarga miskin di wilayah Kabupaten Karimun. (Foto Ist).

Tanjungpnang, batamtoday - Selama kurang lebih dua tahun HM.Sani-HM.Suryarespationo (Duo-HMS) menjabat sebagai Gubernur dan wakil Gubernur Kepri, hanya mampu mengurangi 100 warga masyarakat miskin di Provinsi Kepri.

Pengurangan 100 warga miskin di Kepri ini, tergambar dari data suvei BPS Provinsi Kepri atas perkembangan tingkat kemiskinan di Propinsi Kepulauan Riau antara Maret 2010 hingga Maret 2011.

Kepala BPS Kepri Syahril Said didampingi kasi distribusi Rahyadi menjelaskan, dari 129.660 orang masyarakat miskin di Provinsi Kepri pada Maret 2010, hingga Maret 2011 berkurang 100 warga, dan saat ini jumlah masyarakat miskin di Provinsi Kepri tinggal 129.560 warga

Survei jumlah penduduk miskin yang dilakukan BPS Kepri ini, dilakukan dengan 4 konsep meliputi, kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach), Pemetaan Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Serta, dengan menggukan survei Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) dan dipadu dengan Data Survei Sosial Ekonomi Nasional Triwulan 1 dengan Modul Konsumsi bulan Maret 2011.

"Dari survei yang kita lakukan ini,  persentase penduduk miskin di Provinsi mengalami penurunan dari 8,05 persen pada Maret 2010 menjadi 7,40 persen pada Maret 2011," ujar Syahril Said ketika ditemui di ruang kerjanya, Jumat 1 Juli 2011.

Sedangkan, berdasarkan Pemetaan Garis Kemiskinan (GK) berdasarkan daerah perkotaan dan pedesaan, Jumlah penduduk miskin daerah pedesaan dalam 1 tahun terakhir mengalami penurunan 39.380 orang, dari 62.590  orang pada tahun 2010 menjadi 23.210 pada tahun 2011.

"Sementara di Perkotaan terjadi kenaikan sebesar 39.270 orang, dari 67.080 orang pada tahun 2010 menjadi 106.350 orang  pada tahun 2011," jelas Rahyadi.

Penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selama Maret 2010-Maret 2011 terjadi karena harga barang-barang kebutuhan pokok selama periode tersebut cukup stabil, yang digambarkan oleh inflasi umum yang hanya sebesar 6,39 persen.

"Namun peningkatan di daerah perkotaan dikarenakan kebutuhan dasar bukan makanan, seperti perumahan, angkutan dan bensin cukup tinggi. Akibatnya, penduduk yang tergolong tidak miskin namun penghasilannya berada di sekitar garis kemiskinan banyak yang bergeser posisinya menjadi miskin,"sebutnya.

Sementara berdasarkan Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan, jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Dimana pada bulan Maret 2011, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 67,55 persen. Sementara sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2010 sebesar 69,72 persen.

Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah beras, rokok, gula pasir, mie instan, telur dan ikan tongkol/tuna/cakalang. Untuk komoditi bukan makanan adalah biaya perumahan, listrik, Bensin dan Angkuatan. Khusus untuk daerah perkotaan, bensin mempunyai pengaruh yang cukup besar.

"Pada periode Maret 2010 - Maret 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) cenderung menurun, hal ini mengindikasikan rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin menjauhi garis kemiskinan sementara Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) cenderung meningkat, Ini mengindikasikan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin melebar dibanding tahun sebelumnya,"pungkas Rahyadi.