Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Natuna Krisis Air Bersih, Dana Rp15 Miliar Untuk Perbaikan PAM, 'Hanyut'
Oleh : Riky Rinovsky/TN
Kamis | 30-06-2011 | 08:09 WIB
krisis-air3.jpg Honda-Batam

Ilustrasi

Natuna, batamtoday - Sudah tiga minggu ini Natuna mengalami krisis air bersih, sehingga kegiatan warga untuk MCK (Mandi, Cuci, Kakus) maupun keperluan lainya menjadi sangat terganggu. Air PDAM sudah tiga minggu ini tidak mengalir ke rumah-rumah warga.

Sementara 150 KK lebih warga perkampungan Penagi yang bermukim di Pelantar Penagi, Ranai, sudah lama hidup dengan jatah air yang hanya 100 liter per KK/per hari, padahal warga menginginkan air dapat langsung didistirubusikan ke rumah-rumah warga.

Warga pun mempertanyakan dana Rp15 miliar yang telah digelontorkan APBD tahun 2010 kepada PDAM untuk memperbaiki instlasi airnya, namun kenyataanya, hingga kini, tidak ada sama sekali kegiatan perbaikan dan pembangunan yang dilakukan PDAM Rinai.

"Natuna dilanda krisis Air berkepanjangan, air sangat sulit didapati  mengingat sumber Air dari PDAM tidak lagi mengalir ke rumah warga," ujar Budi Hermanto salah seorang tokoh pemuda Tempatan kepada batamtoday.

Sementara itu sejak dua minggu  terakhir, kata Budi, jaringan air milik pihak ketiga juga telah mandek. Padahal, kondisi tersebut bukan karena minimnya suplai air dari mata air Bukit Berangin, melainkan karena ditutupnya kran intake penyaluran. Pihak ketiga yang dimaksud dalam hal ini adalah mantan Bupati Daeng Rusnandi.

Saat ini, masyarakat hanya bisa gigit jari menyaksikan semburan air yang meletus ke langit di bagian belakang halaman kantor Bupati Natuna, sementara ke rumah warga tidak ada walau setetes ujarnya.

Dilain pihak, PDAM yang sudah menerima dana sebesar Rp15 milar, tidak melakukan pembangunan apa-apa untuk mengatasi krisis air tengah terjadi di Natuna.

"Dana tersebut dikemanakan oleh PDAM dan pemerintah," tanya Budi Hermanto, Menurut Budi, jika sampai dana tersebut dikorupsi, maka para pejabat tersebut sungguh tega mempermainkan kebutuhan vital masyarakat, yaitu kebutuhan atas air bersih.

Pada saat menerima dana tersebut pada tahun 2010 lalu, para pejabat PDAM Tirta Nusa menyatakan  optimismenya dapt mengatasi krisis air bersih di kabupaten Natuna. Namun nyatanya, sampai saat ini tidak terlihat sama sekali optimisme tersebut, action saja tidak.

"Setelah menrima uang, suara pun menghilang, dan kita tunggu-tunggu pembangunan sarana air bersih, sampai hari ini tidak ada apa-apa," tandas  Budi Hermanto.

Selanjutnya Budi meminta pihak-pihak yang berkompetem untuk mengusut tuntas kasus ini.

"Kita berharap kasus ini dana Rp15 miliar tersebut dapat diusut. Masyarakat sudah geram dengan kepada PDAM dan kondisi krisis air bersih ini," tegas Budi.