Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Meski Ditimbun, Guru SMPN 28 Batam Tetap Khawatirkan Banjir
Oleh : Ali/Dodo
Rabu | 29-06-2011 | 14:57 WIB
timbun.gif Honda-Batam

Aktivitas penimbunan lahan di sekitar SMP Negeri 28 Batam. (Foto: Ali)

Batam, batamtoday - Meski terjadi aktivitas penimbunan yang dilakukan di sekitar SMP Negeri 28 Batam, namun para guru sekolah tersebut tetap mengkkawatirkan terjadinya kembali banjir yang selalu menjadi langganan sekolah itu.

"Kami tidak tahu dari pihak mana yang melakukan penimbunan itu karena otomatis menutup saluran air yang sejak lama sudah ada. Kalau saluran air tertutup, sekolah kami selalu kebanjiran seperti yang kita saksikan selama ini," kata Mardi, Kepala Sekolah SMPN 28 kepada batamtoday, Rabu, 29 Juni 2011.

Mardi juga mengatakan aktivitas penimbunan dilakukan tanpa permisi kepada pihak sekolah.

"Mereka melakukan penimbunan tidak ada permisi. Tapi kalau saluran yang di ujung tertutup, saya akan tegur pekerja itu untuk membenahi," kata Mardi, sambil menunjuk satu-satunya saluran air yang tersisa untuk mengalirkan genangan saat hujan.

Dari 2009 hingga 2011, hampir seluruh aparatur pemerintah telah melakukan kunjungan ke sekolah SMPN 28 ini, diantaranya, Wali Kota Batam Ahmad Dahlan, Kadis Pendidikan Batam, Muslim Bidin, Kadis Tata Kota Batam, Ginto Yono, Camat Kota Batam maupun dari pihak Otorita Batam dan anggota DPD asal Kepri, Hardi Hood dan Aida Ismeth. Selain itu, berulangkali anggota DPRD Kota Batam mengunjungi dari luar sekolah saat banjir setinggi setengah meter.

Namun semua aparat pemerintah ini hanya bisa merasa prihatin terjadinya banjir di sekolah negeri yang lahannya merupakan hibah ini. Rata-rata berjanji akan memanggil pihak pengembang dan pihak dinas terkai, akan tetapi sampai saat ini tidak ada solusinya.

"Meski hujan sedikit lahan sekolah kami tetap banjir," ujar Mardi kembali.

Menurut Mardi solusi yang tepat adalah membangun drainase yang luas sehingga lokasi sekolah yang berada di tengah pemukiman ini tidak terjadi banjir saat hari hujan.

"Drainase harus diperbesar sehingga pada saat hari hujan, air yang turun dari sekitar perumahan ini mengalir hingga pada tempat pembuangannya, meski ditimbun tapi drainase tidak diperhatikan tetap saja akan banjir. Saat ini sekolah kami bagaikan kuali, ada air yang kesemuanya lari ke tengah," katanya.

Mardi mengatakan, posisi lahan hibah untuk SMPN 28 sudah tidak perlu mempersoalkan masalah pembangunan di atas lahan yang tidak matang, karena pada saat penimbunan, masyarakat sekitar termasuk yang mendesak agar sekolah segera dibangun.

Tapi, lanjut Mardi, yang terpenting di masa mendatang adalah mendesain pembangunan drainase sekolah agar tidak banjir sehingga proses belajar mengajar bisa berlangsung dengan nyaman.

Pengamatan batamtoday di lapangan, truk pengangkut tanah yang berjumlah dua unit ini mengambil tanah yang ada di atas SMPN 28 dengan menggunakan satu unit backhoe dari atas lahan diduga milik Jasarmen Purba (Anggota DPD asal Kepri) yang selama ini diketahui sebagai pemilik lahan kawasan Taman Raya.

Aktivitas penimbunann itu dilakukan hampir di sekeliling sekolah, baik yang ada di belakang dan samping kanan sekolah maupun lahan sebelah kiri sekolah, yang saat ini sedang dilakukan penimbunan kolam.

Informasi warga menyebutkan nantinya kolam yang ditimbun itu akan diberi batu miring. Namun pantauan dil apangan terlihat perumahan Taman Raya yang berada di belakang dan samping kanan tidak membangun batu miring dan saluran air di sekeliling sekolah sehingga pada saat hujan air langsung masuk ke dalam lingkungan sekolah, termasuk kelas-kelas yang ada di lantai dasar.