Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kenaikan Harga BBM, Tarif Angkutan dan Elpiji Picu Peningkatan Inflasi di Kepri
Oleh : Roni Ginting
Rabu | 03-12-2014 | 07:42 WIB

BATAMTODAY.COM, Batam - Inflasi di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) pada November 2014 tercatat 1,38 persen (mtm) atau 5,37 persen (yoy). Peningkatan inflasi ini didorong oleh kenaikan harga BBM bersubsidi, kenaikan harga gas elpiji dan tarif angkutan.

"Berdasarkan kota, inflasi Kota Batam sebesar 1,49 persen (mtm) atau 5,40 persen (yoy) dan inflasi Kota Tanjungpinang sebesar 0,77 persen (mtm) atau 5,16 persen (yoy)," kata Gusti Raizal Eka Putra, Ketua II Tim Pemantau Inflasi daerah (TPID) Provinsi Kepri dalam rilis yang diterima BATAMTODAY.COM, Selasa (2/12/2014).

Dijelaskannya, kelompok administered price menjadi penyumbang terbesar inflasi pada November, yang didorong oleh kenaikan harga BBM bersubsidi, tarif angkutan dan gas elpiji. Kelompok ini mencatatkan inflasi sebesar 3,83 persen (mtm) dengan andil inflasi 0,79 persen.

"Inflasi administered price juga bersumber dari kenaikan harga gas elpiji 3kg di Kota Batam, sebagaimana keputusan Pemerintah Kota Batam yang efektif memberlakukan kenaikan harga eceran tertinggi (HET) pada 5 November 2014," terangnya.

Tekanan inflasi pada kelompok volatile food  juga meningkat, terutama disebabkan oleh peningkatan harga pada cabai rawit, cabai merah dan beberapa komoditas sayuran seperti bayam dan kangkung.

"Kelompok volatile food mencatatkan inflasi 2,53 persen (mtm) dengan andil inflasi sebesar 0,49 persen," ujar Gusti Raizal.

Kenaikan harga cabai rawit dan cabai merah terjadi karena keterbatasan pasokan pasca panen raya di Juli dan Agustus, serta musim penghujan di akhir tahun yang kurang sesuai untuk tanaman cabai (risiko gagal panen tinggi).

"Demikian juga inflasi yang terjadi pada bayam dan kangkung dipengaruhi oleh keterbatasan pasokan, karena penurunan hasil panen," sebutnya.

Dilanjutkan Gusti Raizal, laju inflasi November tertahan oleh penurunan inflasi pada kelompok inti, dipengaruhi oleh penurunan harga pada sejumlah komoditas terutama emas, biaya SLTA dan biaya rekreasi. Kelompok inti mencatatkan inflasi 0,19 persen (mtm) dengan andil inflasi sebesar 0,11 persen.

Penurunan harga emas terjadi sejalan dengan penurunan harga komoditas tersebut di pasar global, sementara penurunan biaya SLTA dan biaya rekreasi terjadi seiring dengan berakhirnya masa tahun pelajaran baru dan liburan sekolah.

"Meskipun demikian, sejumlah komoditas inti juga mencatatkan inflasi, antara lain adanya kenaikan biaya administrasi transfer uang dan biaya administrasi kartu atm, yang efektif berlaku pada 1 November 2014," tutup Gusti. (*)

Editor: Roelean