Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

41 Situs Malaysia Diserang Hacker Anonymous
Oleh : magid
Sabtu | 18-06-2011 | 12:10 WIB
anonymous_malaysia.jpg Honda-Batam

Hacktivist Anonymous, kelompok ini telah menyerang sejumlah negara yang memberlakukan kontrol terhadap dunia Cyber

Kuala Lumpur, batamtoday - Sebanyak 41 situs resmi pemerintah Malaysia, dalam tujuh hari terakhir menjadi target serangan Hacker Anonymous. Serangan tersebut diperkirakan imbas dari kebijakan pemerintah Malaysia yang memberlakukan sensor terhadap siaran televisi dan memblokir sejumlah situs file-sharing. Kebijakan tersebut dipandang aktivis hacker Anonymous sebagai pengingkaran terhadap hak asasi manusia.

Dalam pengumuman resmi di laman Anonymous, Sabtu, 18 Juni 2011, aktivis cyber yang tergabung dalam kelompok hacker Anonymous akan berupaya melakukan gangguan terhadap semua situs resmi pemerintah Malaysia, jika pemblokiran sejumlah situs file-sharing tidak dicabut.

"Kami akan terus melakukan serangan. Dalam daftar kami ada sekitar 51 situs, meski baru terganggu 41 diantaranya. Selama pemerintah masih bersikeras mengingkari hak asasi semua pengguna internet di Malaysia," tulis laman Anonymous yang sulit diakses karena ketatnya bloking google.

Sementara itu, harian Bernama terbitan Malaysia memberitakan, pemerintah Malaysia sudah melakukan tindakan terkait adanya serangan Anonymous.

"Kami telah memberitahu pihak berwenang untuk menyadari hal itu, kita telah mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan seperti Modernisasi Administrasi Malaysia dan Unit Perencanaan Manajemen, MCMC (Malaysia dan Komisi Komunikasi Multimedia) dan badan-badan yang bertanggung jawab untuk keamanan," kata Menteri Kebudayaan dan Komunikasi Malaysia, Datuk Seri Dr Rais Yatim .

Dr Rais mengomentari rencana oleh kelompok hacker Anonymous, untuk kembali melakukan serangan terhadap situs utama pemerintah Malaysia di www.malaysia.gov.my. Kepada Anonymous Ia menyerukan kepada seluruh Hacker Anonymous, bahwa mereka tidak adil jika menyerang portal pemerintah karena persoalan kebijakan sensor film, dan menambahkan bahwa kelompok itu telah salah mengerti maksud Malaysia dalam melarang situs.

"Saya pikir mereka telah salah memahami niat baik serta realitas hari Kami tidak memiliki sensor. Hanya ketika kejahatan dilakukan melalui dunia maya, mekanisme (sensor) datang ke tempatnya," katanya.