Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Inilah Cara Peneliti Dunia Selamatkan Hasil Panen
Oleh : Redaksi
Rabu | 19-11-2014 | 10:11 WIB

BATAMTODAY.COM - SERANGGA pemakan gandum bisa memusnahkan seluruh hasil panen. Di negara berkembang, setiap tahunnya 30 - 70 persen hasil panen musnah akibat ulah hama.

Uwe Richter dari Universitas Kassel, Jerman, ingin melacak hama pertanian tersebut. Berkat bantuan sensor mini, ia bisa mendengar gerakan dan mengetahui ada berapa banyak dan di mana serangga berada.

"Yang menarik adalah jumlahnya. Kalau sedikit, tidak apa-apa. Tapi hama berkembang biak cepat. Untuk mengidentifikasi dan melakukan tindak pencegahan, misalnya tidak menggabungkan hasil panen yang mengandung hama dan panen tanpa hama di gudang yang sama, penting agar kita mengenali sejak dini, apakah ada serangga di dalam karung," kata Richter.

Sensor teknologi tinggi ini bisa mengetahui semua yang terjadi di dalam lumbung. Hama adalah masalah yang lebih besar di Afrika, dibanding di Eropa. Ini diketahui oleh para peneliti di Kassel, termasuk Uwe Richter.

"Banyak ladang pertanian kecil-kecilan, juga sistem penyimpanannya buruk dan sering berpindah tangan dan ganti kemasan. Sangat rumit. Di Jerman biasanya hanya ada satu petani dengan ladang besar yang membawa hasil panen ke tempat penyimpanan. Hasil panen tetap berada di situ hingga terjual. Di Afrika, hasil panen harus melewati banyak tangan, sejumlah pedagang perantara, sebelum sampai ke pasar dunia," jelasnya.

Para peneliti Jerman sudah berkunjung ke Etiopia. Di sana mereka meninjau dan meneliti tempat penyimpanan produk pertanian gaya Afrika. Tujuannya, mencari cara pencegahan kehilangan hasil panen karena hama.

Kolega Richter, Christian Dede, memaparkan, selama hasil panen yang hilang masih sebanyak itu, tidak ada gunanya menambah produksi. Karena ini berarti menambah kerugian.

"Gagasan kami adalah, mengurangi kehilangan panen dengan cara ekologis serta berkesinambungan, dan dengan itu memperbesar persediaan bahan pangan," jelasnya.

Masalah kehilangan hasil panen dalam jumlah besar juga terjadi di Kenya. Khususnya pada panen jagung.

Isaiah Muchilwa meneliti tema pengeringan pangan di Kassel. Perubahan iklim menyebabkan panen menjadi tidak teratur. Cuaca kini lebih sulit diprediksi.

"Saya mengembangkan teknik yang bisa memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan jagung. Ini penting, supaya jagung bisa kita panen lebih awal sebelum diserang hama atau cuaca buruk yang menyebabkan kontaminasi jamur beracun," ujar Muchilwa.

Tidak hanya serangga dan jamur yang menjadi masalah. Tapi juga proses pembusukan pada buah dan sayur.

Joseph Kudada Korese dari Ghana membangun gudang ubi di kebun eksperimen Universitas Kassel. Di Afrika, ubi adalah bahan pangan terpenting. Korese menjelaskan sistem ruang penyimpanannya.

"Kami ingin menyempurnakan rumah lempung khas Afrika untuk digunakan sebagai gudang pendingin. Ini bisa dilakukan. Kami hanya harus mengkombinasinya dengan sistem pembangkit tenaga surya untuk menjalankan ventilasi udara. Untuk mendinginkan suhu agar mencapai kondisi penyimpanan optimal," terangnya.

Membangun gudang penyimpanan cukup mudah. Tidak ada biaya yang untuk energi.

Di Kassel, kandidat doktor Afrika ini ingin bereksperimen dengan ubi untuk mengetahui suhu yang pas bagi gudang penyimpanan agar tidak ada panen yang berkurang karena pembusukan. Menurut peneliti Dede dari Universitas Kassel, masalahnya adalah banyak produk yang sangat sensitif.

"Kami kini mencoba untuk mengembangkan proses pengolahan yang dikerjakan dekat pertanian, yakni melalui pengeringan, dimasak, atau menghasilkan produk yang tahan lebih lama. Masalahnya selalu terletak pada kurangnya pengolahan, transportasi, dan penyimpanan," jelasnya.

Proses untuk menyelamatkan hasil panen yang dikembangkan di Jerman itu, akan segera diterapkan di Afrika. Termasuk gudang penyimpanan ubi karya Joseph Korese. (*)

Sumber: Deutsche Welle