BATAMTODAY.COM, Jakarta-Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq berjanji akan percepatan teknologi pengolahan sampah seperti Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) dan Refuse-Derived Fuel (RDF).
Ia menyebut pemerintah berkomitmen mempercepat revisi regulasi pengelolaan sampah untuk memperkuat integrasi pengelolaan dari hulu ke hilir.
"Kami mendorong implementasi ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah, termasuk mempercepat teknologi pengolahan sampah seperti Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) dan Refuse-Derived Fuel (RDF)," kata Hanif dalam keterangannya dikutip Minggu (23/3/2025).
Hanif mengatakan permasalahan sampah bukanlah isu teknis belaka, melainkan juga perilaku dan kebijakan yang harus ditata ulang.
Penyederhanaan prosedur serta mekanisme insentif pendanaan salah satunya skema pembelian listrik oleh PLN dari hasil pengolahan sampah menjadi langkah strategis dalam percepatan pembangunan fasilitas pengolahan sampah.
Hanif pun menyoroti kondisi darurat pengelolaan sampah di TPST Bantargebang, Bekasi.
Dengan luas 117 hektar, Bantargebang menerima sekitar 7.700 ton sampah per hari, timbunan sampah di sana telah mencapai lebih dari 40 meter.
Menurutnya, hal itu mengancam daya dukung lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar.
Ia juga mengatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan terhadap bencana lingkungan, termasuk banjir, tanah longsor, dan pencemaran akibat pengelolaan limbah yang kurang optimal.
Salah satu fasilitas RDF kini berada di Rorotan di Kelurahan Rorotan, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. RDF Plant Jakarta dibangun di atas tanah seluas 7,87 hektare milik Pemprov DKI Jakarta.
RDF Plant Jakarta di Rorotan dapat menghasilkan produk RDF atau bahan bakar serpihan sampah yang dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif pengganti batu bara pada industri semen.
Dengan kapasitas pengolahan sampah hingga 2.500 ton sampah per hari, fasilitas tersebut mampu menghasilkan bahan bakar alternatif sebanyak 875 ton per hari.
Belakangan warga sekitar RDF Rorotan mengeluhkan bau tidak sedap di sana. Sejumlah warga mengalami ISPA hingga radang selaput mata.
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung meminta Dinas Lingkungan Hidup memasang pemantau udara di sekitar lokasi RDF Rorotan.
Pramono menjelaskan, persoalan utama adalah saat uji komisioning atau uji sistem pengelolaan menggunakan sampah yang sudah lama. Namun, saat komisioning, ternyata sampah yang ada telah lebih dari sebulan.
Selain memasang alat pemantau udara, Pramono juga minta pemasangan deodorizer di kawasan tersebut untuk menghilangkan bau yang ditimbulkan.
Editor: Surya