Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

PSP Unrika Bedah Makna Kebhinnekaan
Oleh : Gokli
Sabtu | 30-08-2014 | 11:14 WIB
psp unrika.jpg Honda-Batam
Focus Group Discussion (FGD) digelar oleh Pusat Studi Pancasila (PSP) Unrika.

BATAMTODAY.COM, Batam - Makna persatuan dalam kebhinekaan, menjadi topik yang dibedah dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar oleh Pusat Studi Pancasila (PSP) Unrika bersama Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Ilmu Al Quran (STIQ) Kepri di Kampus Quran Center Sekupang Batam, Jumat (29/8/2014).

Dekan Fakultas Ilmu Pendidkan (FKIP) Unversitas Riau Kepulauan (Unrika) Fitri Yanti, S.Pd, M.Pd, M.Si yang hadir sebagai pembicara mengungkapkan, konsep persatuan, secara teori pasti bagus karena disusun oleh para ahli. Tapi, kenyataannya, masih banyak yang melenceng dari konsep itu. Itulah makanya, kita harus kembali berpegang kepada pondasi bangsa kita, Pancasila.

Dosen alumni Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta itu menambahkan, Indonesia adalah negara maritim yang mempunyai banyak pulau, beraneka ragam suku, ras, budaya dan sebagainya. Dari beraneka ragam inilah masing-masing mempunyai keunikan masing-masing, baik dari segi fisik maupun non-fisik. Tetapi dari keunikan itu, tak semua yang terjadi di masyarakat yang berbeda etnis itu semuanya sejalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Kadang pertentangan antar-suku terjadi, dan mengakibatkan kerugian materi yang tidak sedikit, bahkan kerugian jiwa pun tak bisa dielakkan.

Jadi, Pancasila sebagai ideologi yang dikukuhkan dalam sidang pertama, tanggal 1 Juni 1945 sebagai ideologi bangsa Indonesia dengan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" telah mempersatukan suku-suku yang ada di seluruh kawasan Nusantara menjadi sebuah bangsa yang bersatu dan padu, sesuai dengan pembukaan UUD RI tahun 1945 alinea pertama yang mengatakan ; "bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa". Maka persatuan ini sangat penting untuk membuat, memikirkan, dan bertindak ke arah merdeka.

Kita memiliki 17 ribu pulau, kalau kita berpegang teguh pada persatuan bangsa, maka jangan heran kalau satu persatu pulau itu akan lepas dari Indonesia. Maka, kita harus menghilangkan benih-benih perpecahan, seperti egoism, ekstrimisme, sukuisme, provisinalisme dan sebagainya. "Kalau bangsa kita sesuai dengan teguh pada tuntutan Pancasila, maka negara kita pasti sudah akan menjadi negara maju," tegas Fitri Yanti.

Sementara itu, mahasiswa STIQ Kepri, Sadikun, mengatakan, kegiatan diskusi ini dimaksudkan untuk menggali kembali kesadaran masyarakat, khususnya mahasiswa akan nilai-nilai dasar Pancasila. 

"Melalui diskusi ini, kita mengharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai pondasi bangsa kita, Pancasila. Karena kita yang hidup di perbatasan ini, harus siap dengan berbagai benturan ideologi," tutur Sadikun.

Editor: Dodo