Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Mahathir Nilai Pemerintahan Najib Lebih Buruk dari Abdullah Ahmad Badawi
Oleh : Redaksi
Senin | 18-08-2014 | 11:55 WIB
mahathir.jpg Honda-Batam
Mahathir Mohammad.

BATAMTODAY.COM, Kuala Lumpur - Mahathir Mohamad menarik balik dukungannya kepada pemerintahan Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak. Mahathir justru menilai, pemerintahan Abdullah Ahmad Badai lebih baik daripada Najib.

Dikutip dari Malaysian Insider, Senin (18/8/2014), mantan Perdana Menteri Malaysia paling lama berkuasa itu mengatakan, batalnya dukungan kepada Najib akibat buruknya prestasi Najib dalam pemilu lalu. "Saya tak punya pilihan selain menarik balik dukungan saya. Ini pun tidak berkesan. Oleh itu terpaksalah saya menegur," kata Mahathir melalui tulisan di blognya, www.chedet.cc.


Mahathir tidak menyangka prestasi perdana menteri dalam pemilu lebih buruk daripada era Abdullah. Kebijakan-kebijakan yang diambil Najib juga tak lebih baik dari Abdullah.

"Sesungguhnya banyaklah dasar, pendekatan dan kebijakan pemerintah pimpinan Najib yang merusakkan hubungan antaretnis, ekonomi dan keuangan negara," tulis Mahathir melalui blognya itu.

Menurut dia, kelemahan pemerintahan Najib akibat pihak yang pro-pemerintah tidak pernah mengkritisi. "Kalau tak ada yang sanggup menegur, biarlah saya yang menegur. Saya pernah dipecat oleh Tunku Abdul Rahman dan difitnah ramai. Kalau saya dihukum karena menegur, terpaksalah saya terima," katanya.

"Bukanlah saya tidak sayang dengan pemimpin. Tetapi saya lebih sayang kepada bangsa dan negara saya," imbuh Mahathir.

Menurut Mahathir lagi, kesalahan pertama Najib adalah sering mengabulkan tuntutan pihak oposisi seperti 'revisi' sejumlah kebijakan yang justru tak menyurutkan pihak oposisi untuk mengkritisi. "Sebaliknya tindak kriminal bertambah karena dibebaskannya ketua-ketua geng," katanya.

Najib juga dinilai terlalu lemah yang selalu "tunduk" dengan keinginan negara-negara tetangga. "Uang pemerintah digunakan untuk mempengaruhi dukungan rakyat dalam pemilu. Ini menjadikan rakyat terlalu bergantung kepada pemerintah untuk segala-galanya," katanya. (*)

Editor: Roelan