Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bisnis Penerbangan Global Mulai Pulih
Oleh : Dodo
Sabtu | 04-06-2011 | 15:38 WIB
singapore_airlines.jpg Honda-Batam

Pulih - Bisnis penerbangan global telah kembali pulih sejak April 2011 lalu. (Foto: Istimewa)

Singapura, batamtoday - Asosiasi Maskapai Penerbangan Internasional (International Air Transport Association/IATA) menyatakan, lalu lintas udara global kembali ke level sebelum krisis global dengan kenaikan 16,5 persen pada April lalu.

Kenaikan tersebut bahkan lebih tinggi dibanding level sebelum krisis keuangan pada 2008 silam. Pada laporan resminya yang dirilis kemarin,IATA juga mengatakan bahwa pertumbuhan sebesar dua digit itu disebabkan pada April tahun lalu terjadi penurunan luar biasa akibat bencana abu vulkanik di Islandia. IATA menambahkan, pertumbuhan penumpang udara disambut para operator maskapai penerbangan dengan meningkatkan kapasitasnya.

Selain kenaikan dalam jumlah penumpang, IATA juga mencatat pertumbuhan di sektor pengiriman barang sebesar 5,4 persen. Khusus di Asia, IATA memperkirakan lalu lintas penumpang tumbuh 6,4 persen di tahun ini, melewati pertumbuhan Eropa dan Amerika Serikat.

“Kami memiliki tahun yang positif di 2010. Lalu lintas udara tumbuh 10 persen, begitu juga dengan kargo, dan harga minyak cukup layak dengan USD70. Di tahun ini segalanya berubah secara tidak terduga,” ujar Direktur Jenderal IATA Giovanni Bisignani seperti dikutip dari Reuters.

Dia menambahkan,satu hal yang cukup membebani industri pada April lalu adalah gejolak politik di Timur Tengah dan Afrika Utara.Kondisi tersebut berimbas pada meningkatnya harga bahan bakar akibat kenaikan harga minyak mentah dunia. “Tapi, kita mulai terbiasa menghadapi keadaan darurat ini. Kondisi itu memengaruhi profitabilitas kami sehingga menjadi lebih lemah,” tambahnya.

Sekadar diketahui, pada tahun lalu laba industri penerbangan global mencapai USD16 miliar dipicu cepatnya pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara. Untuk tahun ini, IATA memprediksi, laba industri penerbangan hanya akan mencapai USD8,6 miliar akibat kekhawatiran inflasi dan lemahnya pertumbuhan di sejumlah kawasan seperti Eropa dan Jepang.

Berdasarkan data IATA, khusus di Asia kenaikan penumpang penerbangan internasional mencapai 5,1 persen. IATA menghubungkan peningkatan tersebut dengan pasar China dan India yang sangat kuat, mengimbangi lemahnya lalu lintas internasional Jepang yang justru turun 20 persen, atau melemah satu persen dari total perjalanan internasional. “Jepang adalah pasar yang besar dengan nilai USD60 miliar atau 10 persen dari pasar dunia. Pada paruh kedua Jepang akan melakukan yang terbaik karena infrastruktur bandara utama tidak terpengaruh gempa. Upaya rekonstruksi terus berlangsung,”ujar Bisignani.

Asosiasi penerbangan dunia yang didirikan sejak 1945 ini juga menyoroti pesatnya pertumbuhan pasar domestik India yang 25,6 persen. Sementara, lalu lintas udara di China melambat 10,8 persen disebabkan oleh pengetatan kebijakan perekonomian. IATA memperkirakan, akibat mahalnya bahan bakar minyak, maskapai penerbangan global mengeluarkan biaya sekitar USD170 miliar pada tahun ini. Jumlah tersebut naik USD30 miliar dibanding tahun lalu. Dalam beberapa bulan terakhir, harga minyak mentah dunia bertengger di atas USD100 per barel.

Bagi operator penerbangan, tingginya harga minyak mentah menjadi tantangan tersendiri karena biaya bahan bakar memberikan kontribusi sebesar 40% terhadap biaya operasional maskapai. “Industri penerbangan sering kali harus berurusan dengan rintangan namun ada kekhawatiran atas perekonomian global,” ujar Howard Wheeldon, senior strategis BGC Partners di London.

Dia menambahkan, masih ada tanda-tanda penguat pada pertumbuhan industri penerbangan yang belum tercapai karena pengeluaran konsumen masih lemah.