Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

El-Nino Datang, Sumatera Terancam Tertutup Asap
Oleh : Redaksi
Jum'at | 30-05-2014 | 12:07 WIB
ilustrasi_kebakaran_hutan.jpg Honda-Batam
Foto ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, el-nino akan "menyerang" mulai Juli 2014. Kemarau panjang dan kekeringan ini bakal memicu kebakaran lahan gambut parah.

Karena itu, pemerintah diminta serius menyelamatkan gambut di tengah kerusakan yang begitu memprihatinkan. Jika tidak, daerah gambut seperti Sumatera, akan tertutup asap. "Dampak El-nino membuat Indonesia musim kemarau sangat panjang. Tahun lalu siklus Mei - Juni. Sekarang Februari - Maret sudah ada kebarakan hutan," kata Yuyun Indradi, juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia, di Jakarta, Rabu (28/5/14) kemarin.

Dia menjelaskan, hanya kemarau biasa saja kebakahan hutan dan lahan sudah parah. Apalagi sampak el-nino, akan jauh lebih mengerikan. Pengalaman el-nino pada 1997, emisi dikeluarkan dari  lahan gambut yang terbakar sebanyak 0,81 dan 2,57 GtC atau 13 - 40 persen emisi gas karbon dunia dari pembakaran bahan bakar fosil.

Dia mengatakan, sepanjang Februari - Mei, tercatat 11.288 titik api di Indonesia, 75,7 persen atau 8.542 titik di antaranya berada di lahan gambut. Sekitar 3.758 (33 persen) adalah lahan gambut moratorium.

Yuyun berharap, pemerintah lebih serius melindungi gambut. "Titik api di gambut karena perluasan perkebunan skala besar. Baik sawit maupun HTI. Padahal harusnya ekosistem gambut dilindungi. Berapapun dalam dan dimanapun letaknya," kata Yuyun.

Menurut dia, provinsi dengan kerusakan gambut tinggi adalah Riau. Kerugian negara akibat kebakaran hutan di  Riau selama Februari - Maret 2014 mencapai Rp15 - 20 triliun. "Jumlah itu tidak sebanding dengan APBD provinsi. Keuntungan pembukaan gambut untuk investasi sangat sedikit dibanding kerugiannya."

Dia memaparkan, Riau merupakan provinsi yang diperkirakan menyimpan 40 persen karbon dari gambut. Angka itu setara dengan nilai setahun lebih emisi gas rumah kaca dunia. Di beberapa titik,  lahan gambut mencapai 14 meter lebih. Luas Riau hanya lima persen daratan Indonesia, namun menyumbang 40 persen titik api dan hampir tiga perempat di lahan gambut.

Riau juga merupakan provinsi yang paling banyak memproduksi minyak sawit. Sekitar 40 persen minyak sawit Indonesia melalui pelabuhan Dumai di Riau.

Dia mencontohkan, PT Rokan Adi Raya mendapatkan konsesi 10.500 hektar di hutan gambut dalam. Penebangan hutan antara 2009 - 2013 telah menyebabkan kebakaran hebat.

Analisis landsat akhir 2013 mencatat hanya 419 hektar hutan tersisa. Penyelidikan Greenpeace pada Juni 2013  mendokumentasikan eskavator perusahaan yang tak henti membangun drainase di lahan gambut. "Pemerintah harus mengevaluasi izin dan menindak keras pelawan hukum. Izin konsesi perusahaan membakar hutan harus dicabut," tegasnya. (*)

Sumber: mongabay