Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Badai Tropis Menjauh dari Khatulistiwa
Oleh : Redaksi
Sabtu | 17-05-2014 | 11:59 WIB
badai.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM - Penduduk di kawasan Samudera Pasifik dan Hindia harus bersiap diri. Ilmuwan AS mengungkap, wilayah rawan badai tropis semakin menjauh dari garis Khatulistiwa. Menurut Badan Oseanografi AS, siklon tropis bergeser setiap sepuluh tahun lebih dari 50 kilometer ke arah kutub, selama 30 tahun terakhir.

Sementara di belahan utara, badai bergerak sejauh 53 kilometer ke arah Kutub utara, sedangkan di belahan bumi selatan 62 kilometer ke arah benua Antartika.

Kawasan rawan badai adalah wilayah perairan yang secara rutin memproduksi siklon paling kuat di muka bumi. Di kawasan ini badai biasanya mencapai intensitas tertinggi.

Minim Badai Tidak Menguntungkan
Pergeseran tersebut diduga disebabkan oleh perubahan iklim, yang meliputi aktivitas manusia seperti pembakaran minyak.

Ilmuwan mencatat pergeseran terutama ditemui di kawasan Pasifik dan selatan Samudera Hindia. Di perairan Atlantik sebaliknya tidak ditemukan adanya perubahan. Sementara di utara Samudera Hindia, kawasan rawan badai bahkan bergerak sebaliknya ke arah garis Khatulistiwa.

Dampaknya, sebagian kawasan yang selama ini aman dari badai dan siklon, bakal sering berhadapan dengan bencana semacam itu, kata ilmuwan. Sebaliknya penduduk yang tinggal sejajar dengan garis Khatulistiwa akan semakin jarang dihampiri badai. Kerugiannya adalah, karena badai acap membawa curah hujan tinggi ke wilayah sekitar, menghilangnya siklon bisa berujung pada kelangkaan air atau musim kemarau berkepanjangan.

Jepang dan Korsel Terancam
"Kami menemukan bahwa wilayah tropis semakin tidak ramah buat siklon dan sebaliknya garis lintang di atas semakin ramah," kata Jim Kossin, peneliti atmosfer di National Climatic Data Center, AS.

"Jadi kawasan seperti Jepang dan Korea Selatan akan semakin terancam," katanya dalam sebuah wawancara. " Sebagai gantinya risiko badai di selatan Filipina berkurang."

Ilmuwan mengamati tren tersebut dengan memakai satelit dan data iklim antara 1982 hingga 2012. Ketika penelitian mendokumentasikan perubahan kawasan rawan badai pada tiga dekade terakhir, trennya sendiri diakui bisa dimulai jauh sebelum penelitian digelar, kata Kossin.

Sumber: Deutsche Welle