Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pasar Otomotif di Thailand Merosot Akibat Kisruh Politik
Oleh : Redaksi
Senin | 12-05-2014 | 10:00 WIB
AM-BD370_THAIAU_G_20140508214808.jpg Honda-Batam
Penjualan dan produksi kendaraan di Asia Tenggara.

BATAMTODAY.COM, Bangkok - Dua tahun lalu, saat permintaan akan mobil masih kuat, para pekerja pabrik mobil di sebelah tenggara Bangkok dapat memasang empat roda Ford Fiesta dalam dua menit. Kini, rantai produksi berjalan lebih lambat dan pekerjaan yang sama membutuhkan waktu dua kali lebih lama.

Perlambatan produksi itu salah satu hal yang membuat produsen kendaraan seperti Auto Alliance Thailand, kongsi bernilai $1,9 miliar antara Ford Motor dan Mazda, harus mengalami penurunan penjualan sebesar 25 persen tahun ini, hal yang meletakkan posisi Thailand di bawah Indonesia dalam urusan pasar mobil. Penyebab utama kemunduran: kekisruhan politik yang berlangsung lebih dari setengah tahun.

Auto Alliance pun memangkas waktu lembur hingga 30 persen dan memindahkan sekitar 7.000 pekerja pabrik Rayong ke fasilitas perakitan truk pick-up yang tingkat penjualannya masih lebih baik dari mobil penumpang. "Situasi politik (dalam negeri) mulai menggerus kepercayaan konsumen," ujar Trevor Negus, Direktur Utama Auto Alliance.

Dalam urusan pertumbuhan ekonomi, akibatnya nyata. Perekonomian Thailand agaknya mencatatkan kemerosotan pada kuartal yang berakhir pada Maret, demikian pernyataan Kementerian Keuangan Thailand bulan lalu. Dana Moneter Internasional dapat memberikan penaksiran lebih rendah mengenai pertumbuhan ekonomi tahun ini hingga di bawah proyeksi sebelumnya (2,5 persen) jika kegemparan politik berlanjut.

Perseteruan politik telah membuat para pemain industri seperti produsen mobil sulit untuk bergerak karena mereka telah menghabiskan dana miliaran dolar untuk membangun pabrik dan infrastruktur rantai pasokan. Selain itu, tak ada lagi tempat berpaling: Meski Thailand bergejolak, fasilitas seperti jalan, listrik, dan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam produksi kendaraan masih lebih baik dari negara lain.

Banyak perusahaan otomotif yang berupaya menerima keadaan dengan memperlambat produksi, menawarkan promosi, mendongkrak ekspor, dan memindah-geserkan para pekerja.

Namun, merebak sejumlah tanda bahwa permasalahan Thailand dapat mengganggu rencana investasi jangka panjang atau bahkan merusak daya saing negeri tersebut dengan negara Asia Tenggara lain seperti Indonesia dan Malaysia.

Honda Motor pada April mengatakan akan menunda pembangunan fasilitas perakitan mobil di Thailand bernilai $530 juta setidaknya selama enam bulan.

Honda kini memperkirakan penjualan mobil Thailand pada 2014 turun sebesar 25 persen menjadi satu juta unit. Kondisi tersebut akan membuat Thailand menjadi di bawah Indonesia yang menurut para analis akan mampu menjual 1,2 juta unit kendaraan tahun ini. (*)

Sumber: The Wall Street Journal