Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kecelakaan MH370 Makin Perburuk Keuangan Malaysia Airlines
Oleh : Redaksi
Rabu | 12-03-2014 | 10:33 WIB

BATAMTODAY.COM - Hilangnya pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 menambah masalah keuangan bagi maskapai pemerintah tersebut. Malaysia Airlines merupakan korban terbesar dari menjamurnya maskapai tarif murah atau budget di Asia. 

Meski disanjung atas layanan kelas atasnya, Malaysia Airlines kini kesulitan meraih keuntungan di kandang akibat naiknya pamor Air Asia Bhd, maskapai budget terbesar di Asia. AirAsia sendiri memiliki pusat operasi di Kuala Lumpur.

Saham Malaysia Airlines jatuh sampai 20 persen saat pasar dibuka pada Senin. Kapitalisasi pasar maskapai itu anjlok hingga lebih dari $100 juta usai pesawat MH370 hilang pada akhir pekan kemarin. Pesawat dengan 227 penumpang dan 12 kru itu tidak diketahui keberadaannya saat terbang dari Kuala Lumpur ke Beijing, Sabtu kemarin.

"Saya memprediksi insiden ini akan mempengaruhi sentimen konsumen," kata Daniel Wong, analis di Hong Leong Investment Bank. 

Ia memotong target harga bagi saham Malaysia Airlines sebesar 30 persen menjadi 0,20 ringgit usai insiden. "Orang akan cemas dengan brand Malaysia Airlines dan lebih memilih maskapai lain." 

Hal ini akan memaksa maskapai negeri jiran itu menjual tiket dengan harga lebih murah atau menawarkan promosi lainnya sampai tahun depan, sampai insiden ini memudar dari ingatan publik, tambah Wong.

Sebesar 61,4 persen saham Malaysia Airlines dimiliki lembaga pengelola investasi negara Malaysia, Khazanah Nasional Bhd. Maskapai ini tidak menghasilkan untung dalam tiga tahun terakhir. 

Namun Malaysia Airlines baru-baru ini mengatakan situasi akan membaik di masa depan, seiring dengan meningkatnya permintaan untuk terbang dengan maskapai premium. Secara terpisah, petinggi Malaysia Airlines juga mengatakan bahwa maskapainya tengah mempertimbangkan proyek pembaharuan armada dengan memesan pesawat rute pendek dan panjang. Mereka yakin penumpang premium bersedia membayar lebih untuk terbang bersama Malaysia Airlines jika maskapainya menawarkan layanan yang lebih baik.

Masalah Malaysia Airlines diperparah dengan campur tangan pemerintah dalam operasinya. Rencana maskapai untuk merombak perusahaan demi mengurangi pengeluaran juga dihadapkan pada tentangan yang kuat dari serikat pekerja. 

Pada 2013, Malaysian Airline System Bhd, badan usaha pengelola Malaysia Airlines, rugi 1,17 miliar ringgit. Angkanya membengkak dari kerugian 2012 yang sebesar 432 juta ringgit. Pada 2011, Malaysia Airlines rugi 2,52 miliar ringgit, kerugian terbesar sepanjang sejarah perusahaan.

"Masalah utama Malaysia Airlines adalah struktur pengeluaran mereka," kata Sharifah Farah, analis di Affin Investment Bank. 

Farah merujuk pada kontrak jangka panjang dan kesulitan perusahaan menghadapi serikat pekerja. Isu-isu ini berdampak negatif pada keuntungan Malaysia Airlines selama bertahun-tahun. Hal ini membuka jalan bagi maskapai budget, seperti AirAsia, untuk merenggut pangsa pasar mereka. "Ini bukan masalah baru," kata Farah.

Meski dilanda masalah keuangan, bukan berarti Malaysia Airlines mengabaikan standar keamanan bagi penerbangannya. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa hilangnya pesawat MH370 berkaitan dengan kisruh keuangan perusahaan. 

Malaysia Airlines memiliki peringkat keamanan tinggi -enam bintang dari tujuh- berdasarkan penilaian di airlineratings.com, Januari lalu. Situs ini memberi peringkat bagi maskapai berdasarkan beragam kategori. (*)

Sumber: The Wall Street Journal