Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Aktivitas Sel Otak Mengatur Protein Alzheimer
Oleh : Redaksi
Selasa | 04-03-2014 | 08:00 WIB
entorhinal-cortex-and-hippocampus-alzheimers-600x400.jpg Honda-Batam
Rumpun pertama tau pada penyakit Alzheimer dapat dilihat di korteks entorhinal. Gambar ini menunjukkan perbedaan antara otak yang sehat dan satu dengan penyakit Alzheimer. (Foto: Garrondo)

BATAMTODAY.COM,  St Louis - Ilmuwan dari Washington University School of Medicine di St Louis mengungkapkan, peningkatan aktivitas sel otak dapat meningkatkan kadar cairan otak dari protein yang terkait dengan penyakit Alzheimer. 

Protein Tau merupakan komponen utama dari kekusutan (tangle) neurofibrillary, salah satu tanda dari penyakit Alzheimer. Ini telah dikaitkan dengan gangguan neurodegeneratif lainnya, termasuk demensia frontotemporal, palsy supranuclear dan degenerasi corticobasal.

"Sel-sel otak yang sehat biasanya melepaskan tau ke dalam cairan serebrospinal dan cairan interstitial yang mengelilingi mereka. Tapi ini adalah pertama kalinya kami lakukan pada aktivitas sel otak hewan hidup,"kata penulis senior, David M Holtzman MD, seperti dilansir Neuro Science News.

"Memahami kaitan ini akan membantu memajukan upaya kami untuk mengobati Alzheimer dan gangguan neurodegeneratif lainnya yang berhubungan dengan protein tau,"imbuh Holtzman dalam publikasinya secara online di The Journal of Experimental Medicine.

Protein Tau menstabilkan mikrotubulus, yang merupakan kolom panjang yang memasok transportasi dari pusat sel ke ujung yang jauh dari cabang-cabang sel. Beberapa tau dalam sel tidak terikat pada mikrotubulus. 

Tau ini bisa berubah dan mengumpul di dalam sel-sel otak, membentuk struktur yang disebut tangle. Para ilmuwan telah melacak penyebaran rumpun ini melalui jaringan otak pada hewan model.

"Pada penyakit Alzheimer, Anda pertama kali melihat gumpalan tau di daerah yang disebut korteks entorhinal, dan kemudian di hippocampus, dan terus menyebar melalui otak dalam pola yang teratur,"kata Holtzman, B Andrew dan Gretchen P Jones, Profesor dan Kepala Departemen Neurologi. "Pada gangguan lain, supranuclear palsy, rumpun tau pertama kali muncul di batang otak dan kemudian menyebar ke daerah-daerah batang otak yang diteliti."

Pola teratur tau yang menyebar melalui jaringan otak ini telah menyebabkan para ilmuwan untuk berspekulasi bahwa perjalanan tau disfungsional ke daerah otak yang berbeda melalui sinapsis. Sinapsis merupakan daerah di mana sel-sel saraf individu berkomunikasi satu sama lain.

Hasil penelitian Holtzman mendukung hipotesis ini, dan menunjukkan bahwa ketika sel-sel saraf "berbicara" satu sama lain, tingkat tau naik dalam cairan antara sel-sel, dan menunjukkan bahwa sel-sel otak menyekresi tau ketika mereka mengirim sinyal.

Sejauh ini, para peneliti hanya mampu mengukur salinan tunggal tau dalam cairan otak, bukan rumpun tau. Mereka mencari cara untuk mendeteksi gumpalan. 

Jika sel-sel otak dapat mengeluarkan dan mengambil dalam rumpun tau, para ilmuwan percaya rumpun ini dapat menyebabkan tau sebelumnya normal dalam sel penerima, menjadi rusak dan  mendorong penyebaran bentuk tau yang terlibat dalam penyakit.

"Kami juga ingin tahu apakah sel-sel otak yang menyekresi tau sebagai limbah atau jika tau memiliki fungsi untuk melakukan di luar sel," kata Holtzman. "Sebagai contoh, ada petunjuk bahwa tau dapat memodulasi seberapa mudah atau sulitnya untuk mendapatkan sel-sel otak untuk berkomunikasi satu sama lain." (*)

Editor: Roelan