Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Jumlah Bahan Kimia Terkait Autisma Meningkat Dua Kali Lipat dalam Tujuh Tahun
Oleh : Redaksi
Senin | 17-02-2014 | 07:22 WIB

BATAMTODAY.COM - Jumlah bahan kimia untuk industri yang diketahui ada kaitannya dengan cacat perkembangan saraf seperti autisma, telah meningkat lebih dari dua kali lipat dalam tujuh tahun terakhir. Demikian sebuah penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Neurology.

Seiring dengan peningkatan jumlah penyandang autisma dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) di seluruh dunia, para peneliti percaya paparan luas dari bahan-bahan kimia terhdap anak-anak itu telah berkontribusi dalam kasus "epidemi yang tak disadari" pada penyandang cacat perkembangan saraf.

Berdasarkan analisis dari studi sebelumnya, sejumlah peneliti telah menambahkan enam racun baru dalam daftar bahan kimia yang diyakini menimbulkan ancaman bagi otak janin dan anak-anak, yaitu mangan, fluoride, klorpirifos, dichlorodiphenyl trikloroetan (DDT), tetrachlorethylene, dan polybrominated diphenyl ethers.

Sementara bahan kimia seperti mangan dan fluoride yang umum ditemukan dalam air minum, jarang ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi di AS yang bisa menimbulkan ancaman kesehatan. Sementara bahan kimia lain dalam daftar, ditemukan jauh lebih luas.

"Chlorpyrifos adalah pestisida organik. 10 tahun yang lalu itu telah dilarang untuk keperluan rumah tangga, tapi masih banyak digunakan di bidang pertanian dan dapat ditemukan dalam banyak buah-buahan dan sayuran," kata rekan peneliti, Dr Philip Landrigan dari Sekolah Kedokteran Icahn di Mount Sinai di New York City, seperti dilansir FoxNews.com.

Dan efek dari bahan kimia dalam daftar tersebut semakin menakutkan: Tetrachloroethylene, yang telah dikaitkan dengan disefisiensi fungsi neurologis dan peningkatan risiko diagnosis psikiatri, adalah pelarut yang umum digunakan dalam dry cleaning. 

Sementara polybrominated diphenyl ethers adalah jenis retardan api yang sering ditemukan di sofa . Sedangkan pestisida DDT yang sekarang dilarang di AS karena berisiko pada kesehatan manusia, masih ditemukan dalam buah-buahan dan sayuran impor, serta tanah dan air di seluruh AS.

Keenam bahan kimia telah ditambahkan ke dalam daftar dari lima neurointoxicants lain -seperti methylmercury, polychlorinated biphenyls, arsenik, dan toluena- pertama kali diidentifikasi oleh Landrigan dan penulis pembantu, Dr Phillipe Grandjean dari Harvard School of Public Health pada 2006.

Bahan kimia industri merupakan ancaman yang besar bagi kesehatan saraf janin, bayi, dan anak-anak daripada orang dewasa, catat Landrigan.

Selama minggu-minggu awal kehamilan, embrio membentuk sel-sel yang akhirnya membentuk otak dan sumsum tulang belakang. Sel-sel kemudian membelah , berkembang biak dan bermigrasi, membentuk jutaan atau bahkan miliaran koneksi dengan sel sekitarnya -dan membangun jalur yang membentuk sistem saraf pusat tubuh.

"Jika beberapa bahan kimia berhasil masuk ke otak yang sedang berkembang, seperti methylmercury, akan membunuh sel-sel otak atau mengganggu pembelahan sel atau migrasi sel, dan koneksi tersebut hilang dan komposisi otak menjadi tidak selengkap yang seharusnya," papar Landrigan.

"Dan konsekuensinya adalah kecerdasan anak menjadi berkurang dan rentang fokusnya lebih singkat, dan sebagainya. Otak manusia adalah ciptaan yang menakjubkan, dan sangat kompleks, namun rentan," imbuhnya.

Meskipun para peneliti mengakui bahwa peningkatan kondisi seperti ADHD dan autisma seiring dengan meningkatnya kesadaran tentang kondisi ini, mereka berpendapat bahwa faktor-faktor lainnya juga berperan. (*)

Editor: Roelan