Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Inilah yang Dihadapi Si Kembar Saat Dewasa
Oleh : Redaksi
Kamis | 13-02-2014 | 09:59 WIB
ryu-twins-hwayoung-hyoyoung-3.jpg Honda-Batam
Foto ilustrasi.

BATAMTODAY.COM - Joan Friedman paham betul bahwa menjadi orang kembar dapat menjadi berkah sekaligus kutukan. Psikoterapis tersebut, yang memiliki spesialisasi dalam isu kembar, memiliki saudara kembar dan merupakan ibu dari anak kembar.

Meski memiliki sahabat dekat seumur hidup itu menyenangkan, ujarnya, sebagian besar saudara kembar dewasa kesulitan menghadapi hidup sebagai lajang. Ketika Friedman dan saudara perempuan kembar identiknya, Jane, masih kecil, sekitar 25 tahun yang lalu, jumlah orang kembar masih sedikit.

"Kami jadi bintang dan mendapat banyak perhatian," ujar Friedman. "Orang-orang mengenali kami sebagai si kembar Friedman. Namun saat kami beranjak dewasa kami ingin memiliki identitas sendiri. Orang-orang tidak tahu kami siapa. Kami seperti diperhatikan namun tidak dikenal," imbuhnya.

Seperti banyak orang kembar lainnya saat itu, dan bahkan sekarang, Joan dan Jane berpakaian mirip dan selalu bersama. Mereka terpisah pertama kalinya saat kuliah.

"Masa penyesuaian itu sangat sulit. Tiba-tiba saja saya menjadi lajang yang tidak memiliki persiapan apapun," ujarnya.

Jumlah anak kembar semakin banyak, menurut Friedman, karena kemajuan dalam perawatan kesuburan. "Saya kira data statistik terbaru adalah satu dari 33 kelahiran adalah bayi kembar. Pada 1980-an, saya rasa hanya satu dari 90 kelahiran," ujarnya.

Saudara kembar seringkali diperlakukan sebagai setengah dari satu bagian, dibandingkan sebagai individu-individu yang terpisah. "Orang-orang khawatir bahwa jika saudara kembar dipisahkan, maka hubungan antarmereka akan pecah, dan Anda mencampuri cinta di antara mereka," ujarnya.

"Saya sering melihat hal ini di budaya-budaya yang berbeda. Jika mereka diberi pengalaman untuk menjadi mandiri, bergantung pada diri sendiri, maka mereka akan membangun ketahanan sehingga mereka dapat merasa jadi diri sendiri. Jika tidak, mereka akan membangun rasa kebergantungan yang terlalu besar, atau saling tergantung, karena tidak pernah berpisah."

Sementara, Nazy Farkhondeh, 22, yang memiliki saudara kembar, Ranah, mengatakan orang sering mengira orang kembar adalah sama, padahal sangat berbeda.

"Gaya kami berbeda, dan sebagai saudara, kami sering bertengkar. Dan bertengkar dengan orang yang sangat sangat dekat dengan kita itu lebih menyakitkan rasanya," ujarnya.

Kembar laki-laki memroses perbedaan mereka secara berbeda daripada pasangan kembar perempuan, ujar psikoterapis Friedman. "Kembar identik perempuan memiliki hubungan yang lebih dekat karena perempuan cenderung membutuhkan dan menemukan lebih banyak kedekatan satu sama lain," ujarnya. 

"Kembar identik perempuan benar-benar mencoba menutupi kompetisi, sementara kembar laki-laki mengekspresikan perasaan atau kekesalan mereka dengan lebih terbuka."

Dalam buku barunya, The Same But Different: How Twins Can Live, Love and Learn to Be Individuals, Friedman menawarkan nasihat untuk membesarkan anak kembar yang mandiri.

"Jangan pakaikan mereka baju yang sama, atau memberi nama yang mirip seperti Tom dan Tony, atau Natalie dan Nancy," ujarnya.

"Beri mereka nama yang berbeda. Pastikan untuk mengambil foto terpisah dari masing-masing anak kembar. Jika mereka tumbuh dewasa dan tidak pernah melihat foto mereka sendirian, sangat sulit bagi mereka untuk memikirkan diri mereka secara terpisah. Waktu sendirian adalah yang saya kira paling penting. Jika Anda membawa anak yang satu berbelanja, bawa anak satu lagi ke taman, jadi Anda punya rasa hubungan dengan keduanya." (*)

Sumber: VoA