Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Konsumsi Obat Antidepresi Pun Bisa Picu Orang untuk Bunuh Diri
Oleh : Redaksi
Jum'at | 24-01-2014 | 09:30 WIB
anti-depression-medication.jpg Honda-Batam
Foto ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Munchen - Obat antidepresi punya efek bisa memperbaiki suasana hati, akan tetapi pada kasus-kasus tertentu obat ini malah bisa membuat orang punya pikiran untuk bunuh diri. Solusi bagi orang-orang ini adalah tes darah.


Sejak 2005, Amerika Serikat, Kanada, dan beberapa negara di Eropa menyertakan peringatan pada obat antidepresi bahwa dengan meminum obat ini, pasien depresi bisa rentan terhadap risiko bunuh diri.

Sejak penyertaan peringatan tersebut pada obat antidepresi, "Bunuh diri sering kali terjadi", kata Andreas Menke, psikiater Max-Planck-Institut München. 

Penyebabnya bukan dari akibat samping yang ditimbulkan oleh obat itu, tetapi karena obat tersebut jadi jarang diresepkan dan dipakai semenjak disertakannya peringatan pada obat itu.

Menke dan rekan kerjanya bertanya-tanya, apakah risiko bunuh diri bisa diukur melalui perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuh manusia?

Dalam sebuah studi, ia dan teman-temannya meneliti hampir 400 orang pasien depresi. Pertama-tama, setiap pasien depresi tersebut akan diukur tingkat keparahan depresi serta risiko bunuh diri mereka. 

Dalam jangka waktu dua minggu perawatan menggunakan obat tersebut, pasien-pasien itu akan diawasi perkembangannya. Hasilnya, beberapa pasien menyatakan pikiran untuk bunuh diri tak pernah muncul sebelum dan selama perawatan, namun beberapa pasien lainnya menyatakan mereka tiba-tiba mempunyai pikiran untuk bunuh diri.

"Sebagian besar pasien itu sangat terkejut dengan pikiran mereka dan berbicara tentang hal itu," kata Menke. 

Terkadang pertanyaan-pertanyaan khusus diperlukan, karena bagi mereka- sebagai penderita pikiran-pikiran semacam itu sangat tak nyaman.

Dengan melakukan pemeriksaan pada darah, Menke dan rekan-reannya bisa mendeteksi perubahan-perubahan yang terjadi pada gen para pasien depresi itu. Hasilnya kemudian diperbandingkan satu sama lain. 

"Kami menemukan hampir 100 macam penanda gen yang bervariasi, yang berbeda pada dua kelompok pasien tersebut dan yang berkaitan dengan efek samping yang muncul," kata Menke.

Setelah melakukan studi pada pasien lain, "Dengan kemungkinan lebih dari 90 persen, kami bisa mengidentifikasi, ini pasien yang kiranya akan mempunyai pikiran untuk melakukan bunuh diri atau -tidak, jika ia dirawat menggunakan obat antidepresi," Jelas Menke.

Perusahaan asal Amerika, Sundance Diagnostics ingin menjual produk Test-Risiko Bunuh Diri mereka ke pasar. "Pertama-tama test ini akan dibagikan kepada para psikiater," kata Menke. 

Jika hasil studi ke tiga ini kembali berhasil, maka Test-Risiko Bunuh diri ini bisa dijual di pasar. Sehingga pada prinsipnya, seperti yang dikatakan oleh para ilmuwan, Test-Risiko Bunuh Diri ini bisa digunakan pada setiap pasien depresi.

Jika hasil Test-Risiko Bunuh Diri pada seorang pasien adalah positif, maka pasien tersebut bisa diberi peringatan bahwa ia, kemungkinan akan punya pikiran bunuh diri setelah meminum obat antidepresi. Sehingga dokter yang merawat bisa sejak awal memberikan terapi yang cocok. (*)

Sumber: Deutsche Welle