Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Inilah Penghambat Investasi di Kepri Versi Gubernur
Oleh : Charles Sitompul
Kamis | 23-01-2014 | 20:19 WIB
images_(4).jpg Honda-Batam
Kawasan industri di Batam.

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Gubernur Kepulauan Riau (Kepri), HM Sani, menginstruksikan penggerak perekonomian mencari terobosan guna mendongkrak ekonomi di Kepri. Di antaranya dengan memacu geliat investasi yang hingga saat ini memang sedang tumbuh, diiringi dengan membaca kendala-kendala serta mencari solusinya.

Apalagi, Batam saat ini tidak lagi menjadi daerah tujuan investasi di Indonesia. Sejumlah daerah juga telah siap menyambut investasi.

"Dulu Batam adalah satu-satunya tujuan investasi yang menggiurkan bagi kalangan investor, sehingga bisa maju dengan pesat. Namun seiring dengan perjalanan waktu, sekarang sudah banyak daerah-daerah saingan. Itu adalah salah satu kendala nyata yang harus dihadapi secara bersama," kata Sani, saat melantik pengawas dan direksi Lembaga Pengelolaan Dana Bergulir (LPDB) Kepulauan Riau di D'Green Tanjungpinang, Kamis (23/1/2014).

Permasalahan lainnya adalah soal buruh yang tidak berkesudahan. Karena di Indonesia secara umum setiap tahunnya selalu disibukkan dengan masalah pengupahan.

Bagaimanapun juga, kata Sani, hal tersebut harus dihadapi dan dicarikan solusi agar masalah pengupahan tidak lagi menjadi kendala dalam meningkatkan perekonomian di Kepri.

Permasalahan hutan lindung, kata Sani, secara tidak langsung juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kepri. Karena bisa saja mengurungkan niat investor yang ingin berinvestasi di sebuah lahan yang semestinya bisa dibangun, namun ternyata terbentur dengan masalah kehutanan.

"Persoalan-persoalan seperti itulah yang harus kita perhatikan. Dan itulah pembangunan yang sebenarnya. Setiap saat kita akan dihadapkan dengan masalah-masalah baru yang sebelumnya tidak pernah kita pikirkan bakal terjadi," sebut Sani.

Kendati demikian, Sani mengakui, pendongkrak perekonomian yang paling krusial adalah masalah infrastruktur, baik itu listrik maupun air. Ditambah lagi dengan masalah konektivitas, baik transportasi pesawat, kapal laut maupun akses jalan untuk mempersingkat jarak.

"Semuanya satu per satu kita benahi. Kapal kita tambah, bandara kita bangun, daerah-daerah dan akses jalan kita perbaiki. Jika semua itu sudah memadai maka arus barang, orang, dan uang akan jelas lancar. Dan tentu muara akhirnya akan berdampak terhadap pertumbuhan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat," kata Sani yakin. (*)

Editor: Roelan