Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Hingga Maret, Angin Kencang dan Gelombang Tinggi di Perairan Kepri
Oleh : Hadli
Senin | 20-01-2014 | 17:12 WIB
gelombang_tinggi.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Batam -  Angin kencang yang menyebabkan terjadinya gelombang tinnggi di wilayah Kepri sejak akhir Desember 2013 akan berakhir pada awal Maret 2014 mendatang.

Badan Meteorologi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Hang Nadim Batam menyatakan, hal tersebut terjadi tidak ada kaitannya dengan prubahan iklim, melainkan angin kuatnnya akin yang terjadi saat ini dikarenakan angin berhembus dari utara dengan kecepatan 40 km/jam murupakan siklus tahunan yang terjadi di Kepri.

"Saat ini angin berhembus dari utara masuk melalui Natuna yang berdampak tingginya gelombang di Kepri, terutama terjadi di wilayah perairan Ranai dan Tarempa yakni maksimum setinggi 5 meter. Dan melalui data dan pantauan kita (BMKG) selama ini peristiwa ini meruakan siklus tahunan yang terjadi tiap tahunnya. Jadi bukan karena terjadi perubahan iklim," ujar Kepala BMKG Hang Nadim Batam, Philip Mustamu melalui Tri Agus, Kasi Data dan Informasi BMKG Hang Nadim menanggapi BATAMTODAY.COM, Senin (20/1/2014).

Untuk wilayah Batam, tambahnya, tinggi gelombang perairan Batam terjadi 1,2 hingga 3 meter. Pinang dan bintan dari 1,5 hingga 3,5 meter. Karimun di bawah 1 meter. Lingga 1,5 hingga 3,5 meter, Natuna dan Anambas 2 hingga 4 meter.

"Untuk wilayah perairan Dabo tinggi gelombang maksimum terjadi sampai 3 meter," jelasnya.

Tri menyampaikan kembali, angin utara akan berakhir pada awal Maret dan pada saat terjadinya perubahan angin, katanya, angin dari timur akan kembali bertiup ke Kepri. Maka dengan itu, BMKG mengimbau kepada pengguna transportasi laut agar tetap berhati-hati.

"Pada pertengahan Maret, kita memprediksikan angin akan berhembus dari timur ke wilayah Kepri. Dalam rentan waktu terjadinya angin utara, kita himbau kepada masyarakat pengguna transportasi laut agar selalu waspada terjadinya tinggi gelombang," pungkasnya.

Sementara itu, berdasarkan pantauan BATAMTODAY.COM, sejak awal Desember 2013 lalu, kapal-kapal kayu bermuatan barang maupun juga kapal berukuran besar, tidak berani berlama-lama berlabuh di pelabuhan. Semenjak angin utara berhembus ke Kepri, kapal-kapal ini lebih memilih lego jangkar di tengah, atau berlabuh di balik pulau-pulau. Seperti yang terjadi di wilayah Kecamatan Nongsa.

Editor: Dodo