Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Industri Dunia Mulai Berlomba Gunakan Bahan Biomassa
Oleh : Redaksi
Jum'at | 10-01-2014 | 10:20 WIB

BATAMTODAY.COM - Minyak bumi semakin mahal. "Stoknya" pun semakin terbatas karena terus dikuras. Bagi industri kimia, ini sangat mengesalkan, karena minyak bumi adalah bahan mentah penting. 

Tapi Hermann Fischer punya visi yang bisa jadi solusi, yaitu: biomassa bisa sepenuhnya menggantikan minyak bumi. Fischer, pakar kimia berusia 60 tahun, ikut mendirikan pabrik pewarna di Braunschweig tahun 1983. Perusahaan itu memproduksi pewarna dari tumbuhan dan mineral, dan mendapat keuntungan sekitar tujuah juta Euro per tahun.

Bagi pewarna, ia menjamin, mereka tidak menggunakan bahan kimia yang berasal dari minyak bumi, gas bumi atau batu bara. Warna kuning misalnya, berasal dari pigmen warna tumbuhan Reseda yang hidup di padang rumput daerah Thüringen, juga dari aluminium oksida. Itu saja.

"Setiap tahunnya, alam menyediakan jauh lebih banyak biomassa daripada yang diperlukan, sehingga semua pabrik kimia bisa sepenuhnya menghentikan penggunaan minyak bumi, gas bumi dan batu bara sebagai sumber bahan mentah," dijabarkan Fischer. 

Beberapa pabrik sudah menggunakannya untuk produk tertentu. Zat kimia dari tumbuhan sudah digunakan sejak beberapa waktu lalu bagi produksi perekat atau sabun cuci.

Kantung plastik dan kemasan juga semakin sering berasal dari poli asam laktat, yang bisa diurai secara biologis. Badan laptop atau telepon seluler sebagian juga sudah mengandung bahan dari tumbuhan. 

Selain itu, dengan serat canabis, serat linen atau serat kayu juga sudah bisa diciptakan lapisan penghangat untuk rumah, yang berfungsi sama baik seperti busa styropor (polistirena) yang berasal dari minyak bumi. Fischer mengatakan, bahkan minyak pelumas juga sudah bisa dibuat dari tumbuhan. Itu bahkan lebih tahan panas dan dingin daripada minyak konvensional.

Namun demikian, produk kimia dari biomassa sampai sekarang baru diproduksi untuk konsumen tertentu. Masih banyak yang harus diteliti, agar dapat membuat zat kimia murni, yang hanya terdiri dari satu senyawa, dan dalam jumlah besar dari bahan yang berkelanjutan, papar Fischer.

Tetapi masa depan kimia dari tumbuhan sudah dimulai. Peneliti mulai mencari jalan untuk menarik substansi bernilai tinggi dari gandum dan Lignin atau zat kayu bagi industri kimia.

Pakar kimia itu tidak khawatir dengan protes yang mengatakan, penggunaan tumbuhan menyebabkan warga Afrika, Asia atau Amerika Latin kelaparan. Menurutnya orang hanya memerlukan sebagian kecil dari sebuah tanaman pangan. 

Dari padi-padian orang hanya makan bijinya, dan dari tumbuhan rapa hanya minyaknya, ungkap Fischer sambil menambahkan, sangat penting untuk menggunakan semua bagian tumbuhan.

Tetapi ia juga mengritik. Banyak perusahaan kimia ingin menghancurkan kayu kemudian menyaring zat kimia darinya. Ia menjelaskan, "Tidak ada gunanya membiarkan tanaman menciptakan struktur kompleks dengan tenaga surya, kemudian itu dihancurkan, dan dengan kebutuhan energi besar membuat struktur kompleks baru lagi." 

Hermann Fischer sadar, visinya tidak bisa dilaksanakan dengan cepat, tetapi ia senang memaparkan konsepnya kepada industri kimia dan menghadapi masa depan dengan cara lebih baik. (*)

Sumber: Deutsche Welle