Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Puluhan Jurnalis Malaysia Tuntut Kebebasan Pers
Oleh : Redaksi
Senin | 06-01-2014 | 13:23 WIB
BN-AZ266_MYprot_G_20140104073156.jpg Honda-Batam
Aksi puluhan jurnalis di Malaysia memprotes pemberedelan media dan menuntut kebebasan pers yang lebih luas. (foto: Abhrajit Gangopadhyay/The Wall Street Journal)

BATAMTODAY.COM, Kuala Lumpur - Puluhan jurnalis di Malaysia yang tergabung dalam Gerakan Media Marah (Geramm) pada Sabtu pekan lalu menggelar aksi protes atas pembredelan surat kabar mingguan The Heat. Mereka secara tegas menuntut kebebasan pers yang lebih besar.

Berkumpul di tengah guyuran hujan dekat Lapangan Merdeka di pusat Kuala Lumpur, puluhan jurnalis  itu turun ke jalan dalam balutan kaus merah. Warna baju yang mereka gunakan sama dengan warna khas The Heat

Di jalanan, mereka membacakan puisi serta menyanyikan lagu bermuatan kebebasan pers. Pada hari itu, jurnalis didampingi politikus oposisi Malaysia.

"Kami ingin mengirim pesan bahwa untuk pertama kali sepanjang sejarah, pemerintah tak bisa mengabaikan praktisi media, yang kini siap turun ke jalan demi menuntut kebebasan pers," sahut Fathi Aris Omar, juru bicara Geramm kepada The Wall Street Journal. 

Unjuk rasa Sabtu lalu berlangsung beberapa pekan sesudah Kementerian Dalam Negeri Malaysia membredel The Heat, surat kabar mingguan  di Malaysia. The Heat baru-baru ini menerbitkan artikel soal anggaran perjalanan Perdana Menteri (PM), Malaysia Najib Razak. Selain itu, The Heat juga mengulas penggunaan jet pemerintah oleh istri sang perdana menteri.

Laporan The Heat itu sendiri berdasarkan pengungkapan di parlemen. Baik Najib maupun istrinya belum mengomentari laporan media mingguan lokal itu.

Sementara itu Kementerian Dalam Negeri menolak dugaan bahwa pembredelan terkait laporan soal Najib. Kementerian hanya menyatakan larangan dikeluarkan karena The Heat melanggar beberapa aturan penerbitan. Pelanggaran termasuk mengubah struktur kepemilikan tanpa pemberitahuan kepada yang berwajib.

Kementerian tak mengomentari unjuk rasa akhir pekan silam.

Desember lalu, kementerian mengaku telah meminta penjelasan dari HCK Media, penerbit The Heat. Namun, HCK Media tak merespons. Pejabat menyatakan penerbitan The Heat akan ditangguhkan hingga HCK Media memberikan penjelasan.

Yeoh Guan Jin, wakil pemimpin redaksi The Heat, mengatakan penerbit sudah merespons permintaan pemerintah. Namun, mereka tak jua menerima kabar kelanjutan kasus.

Bredel atas The Heat mencuatkan kritik dari oposisi Najib, juga pengamat kebebasan pers. Mereka menuding pemerintah telah secara tak adil melumpuhkan media yang berpengaruh kuat di Malaysia.

Undang-undang Malaysia mengakui hak kebebasan berbicara dan berpendapat, namun tetap menerapkan batasan-batasan tertentu. Para pelanggar bisa dikenai hukuman hingga 10 tahun penjara.

April silam, University of Nottingham dan Centre for Independent Journalism menganalisis berita di 26 media Malaysia. Hasilnya, sebanyak 87 persen berita yang diterbitkan media disokong pemerintah mengulas hal-hal positif koalisi. Sedangkan hanya 8 persen berita yang bernada positif tentang kubu oposisi. (*)

Sumber: The Wall Street Journal