Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Apindo Sosialisasikan Perjanjian Kemitraan Indonesia - Uni Eropa kepada Pengusaha Batam
Oleh : Redaksi
Selasa | 17-12-2013 | 19:58 WIB
sofjan wanandi.jpg Honda-Batam
Ketua Umum Apindo, Sofjan Wanandi.

BATAMTODAY.COM, Batam - Dewan Pengurus Nasional (DPN) Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) bekerja sama dengan Delegasi Uni Eropa menyelenggarakan sosialisasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA) antara Indonesia-Uni Eropa di Batam, Selasa (17/12/2013). 


Acara ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan sosialisasi CEPA yang dilakukan Apindo ke berbagai daerah di bawah program Advancing Indonesia’s Civil Society in Trade and Investment (ACTIVE). Kegiatan serupa sebelumnya telah dilakukan di Bandung, Surabaya, Pontianak, Medan, dan Makassar. 

Ketua Umum DPN Apindo, Sofjan Wanandi, menjelaskan sosialisasi ini dimaksudkan untuk memperkenalkan CEPA sebagai inisiatif baru dalam penyegaran kembali hubungan ekonomi Indonesia dengan Uni Eropa. Melalui kegiatan ini, Apindo ingin mengidentifikasi tantangan, peluang, serta rekomendasi konkret berbagai sektor usaha di Indonesia terkait CEPA. 

"Rekomendasi ini akan kami sampaikan kepada pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam negosiasi CEPA dengan Uni-Eropa dengan memerhatikan masukan dari pelaku usaha, CEPA yang disepakati kelak diharapkan dapat menguntungkan dunia usaha Indonesia. Dengan demikian kita berharap dampak negatif ASEAN-China Free Trade Agreement tidak akan terulang kembali," ujar Sofjan.

Sementara itu Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Brunei Darussalam, dan ASEAN, Olof Skoog, mengatakan, Indonesia dan Uni Eropa sama-sama akan mendapat manfaat dari CEPA. Uni Eropa adalah pasar ekspor terbesar kedua bagi Indonesia.

Pada tahun 2012 Indonesia menikmati surplus perdagangan hingga EUR 5,7 miliar dengan Uni Eropa. Di samping itu, Uni Eropa juga merupakan sumber investasi terbesar kedua di Indonesia. 

"Mempererat hubungan perdagangan dengan Uni Eropa adalah situasi yang saling menguntungkan sebab kedua mitra memiliki ekonomi yang saling melengkapi. CEPA dapat meningkatkan perdagangan melalui peningkatan akses pasar. Selain itu, investasi Uni Eropa ke Indonesia juga akan meningkat dengan adanya kerangka regulasi yang transparan dan terprediksi," jelas Olof. 

Olof menambahkan, Uni Eropa telah memulai negosiasi perdagangan di ASEAN dengan Thailand, Malaysia, dan Vietnam, serta telah mencapai kesepakatan dan penandatanganan dengan Singapura. Negosiasi dengan sejumlah negara tetangga Indonesia tersebut, lanjutnya, mencatat perkembangan yang baik. 

"Ketika kesepakatan dicapai dengan negara-negara ASEAN, Indonesia berisiko kehilangan daya tarik dan tertinggal dalam hal perdagangan dan investasi Uni Eropa di kawasan Asia. Kita perlu menghindari skenario tersebut," ujar Olof. 


Indonesia Belum Mampu Penuhi Standar Uni Eropa

Pada kesempatan sama, Dirjen Kerja Sama Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan, Iman Pambagyo, mengakui Uni Eropa sebagai mitra ekonomi penting bagi Indonesia. Kendati demikian, kinerja perdagangan dan investasi kedua mitra belum merefleksikan potensi yang ada.

Dari sisi pengadaan barang, tambah Iman, masalah utama terletak pada aturan standar yang belum mampu dipenuhi Indonesia namun juga tidak dapat diturunkan oleh Uni Eropa.

Iman juga mengingatkan bahwa perundingan CEPA dapat berkembang menjadi kompleks dengan dimasukkannya isu-isu seperti tarif, sektor jasa dan investasi, belanja pemerintah, kebijakan persaingan, termasuk isu-isu sensitif seperti hak kekayaan intelektual, lingkungan, dan tenaga kerja. Tanpa persiapan yang baik, menurut Iman, hasil perundingan akan bersifat asimetris. 

"Pengembangan kapasitas perlu dilakukan untuk menyiapkan dunia usaha nasional menghadapi persaingan di pasar domestik dan memanfaatkan pembukaan akses pasar secara maksimal," Iman menyimpulkan.
 
Kendati tengah dilanda masalah ekonomi, Uni Eropa masih merupakan pasar terbesar di dunia dan menyumbang 20 persen dari PDB global. Nilai perdagangan bilateral Indonesia-Uni Eropa tahun 2012 tercatat sekitar EUR 25 miliar dengan surplus sebesar EUR 5,7 miliar di pihak Indonesia. 

Namun, nilai tersebut masih jauh di bawah nilai perdagangan Uni Eropa dengan beberapa negara tetangga Indonesia, seperti Singapura (EUR 52 miliar), Malaysia (EUR 35 miliar), dan Thailand (EUR 32 miliar). 

Pada bidang investasi, Uni Eropa adalah sumber investasi terbesar kedua bagi Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, diperkirakan 1.000 perusahaan Uni Eropa telah menginvestasikan sekitar EUR 130 miliar di Indonesia dan secara langsung mempekerjakan 1,1 juta orang Indonesia. Namun, faktanya Indonesia baru menerima 1,6 persen dari total investasi Uni Eropa ke Asia dan hanya 6 persen dari total investasi Uni Eropa ke ASEAN. 

Walaupun berjalan relatif sehat, hubungan ekonomi Indonesia-Uni Eropa dinilai mengalami status quo. Dari perspektif jangka panjang, hal ini menyebabkan rendahnya kinerja serta hilangnya berbagai peluang untuk kedua mitra. 

CEPA adalah instrumen untuk merevitalisasi hubungan ekonomi ini. Secara riil CEPA diharapkan akan mendorong perdagangan Indonesia dengan menciptakan ekspor tambahan sebesar US$ 9 miliar, terutama untuk industri ringan dan perlengkapan transportasi. 

CEPA juga akan mendorong perekonomian Indonesia dengan menciptakan PDB tambahan sebesar US$ 6,3 miliar. Manfaat lain yang diharapkan dari CEPA adalah terjadinya transfer teknologi melalui investasi Uni Eropa yang masuk ke Indonesia. (*)

Editor: Dodo