Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Inilah Cara Perempuan Burkina Faso Selamatkan Lingkungan dan Perekonomian
Oleh : Redaksi
Selasa | 22-10-2013 | 08:55 WIB
2011-03-05_222_Burkina_Faso_Bobo_Gafreh_Plastic_Recyclage_417937506.jpg Honda-Batam
Seorang perempuan di Burkina Faso menenun benang palstik.

BATAMTODAY.COM, Ouagadougou - Organisasi perempuan di Burkina Faso, sebuah negara di Afrika Barat, turut aktif dalam upaya perlindungan alam. Mereka mendaur ulang sampah plastik menjadi rok dan tas yang cantik dan dijual di berbagai negara.

GAFREH atau "Groupe d'Action des Femmes pour la Relance Economique du Houet" adalah kelompok inisiatif di Provinsi Houet di Burkina Faso. Organisasi ini memberikan banyak perempuan pekerjaan, pemasukan dan rasa percaya diri. Produk akhir dari plastik ini bisa dibanggakan, yakni mode yang elegan dan digemari kaum wanita.

Dari Jalanan ke Butik
Pada 4 Maret 2003, proyek recycling plastik tersebut dimulai dengan hanya enam pekerja perempuan. Akhir tahun 2003 jumlahnya sudah 18 orang. Kini sudah mencapai 85 perempuan. 

Mereka mencuci sampah plastik hingga bersih. Lalu botol atau benda plastik lain dipotong menjadi lempengan plastik tipis yang menyerupai benang. "Benang plastik" bisa diolah menjadi bahan yang sesuai untuk pembuatan tas, atau dirajut seperti benang wol.

Para pekerja perempuan di GAFREH biasanya sibuk berkreasi di halaman gedung organisasi tersebut. Mereka bekerja di alam terbuka. 

Ada hasil rajutan yang menjadi keranjang buah warna-warni atau anting-anting berwarna merah muda. Khususnya pakaian hasil rajutan memberikan kesan elegan. 

Seperti misalnya, rok hitam dengan blazer yang sesuai. Ada juga kain dengan motif dan warna tradisional. Warna hitam mendominasi, karena alasan yang sederhana. Kebanyakan kantong plastik di Burkino Faso berwarna hitam.

Kondisi Keuangan Lebih Baik
Materi dasar yang dibutuhkan bisa ditemukan dengan mudah di jalanan. Burkina Faso tidak kekurangan sampah plastik. 

Pada 2010, lebih dari 14 ton plastik diolah oleh organisasi perempuan tersebut. Walau organisasi tersebut punya butik sendiri yang menjual produk hasil buatan, sebagian besar produk dikirim ke Eropa dan Amerika Serikat. Pemesanan datang melalui e-mail. Beberapa perhimpunan lain juga membeli produk tersebut dan menjualnya kembali di Perancis, Austria atau Jerman.

Seorang pekerja yang tidak ingin disebut namanya bercerita, "Sebelum ada pusat recycling, kebanyakan dari kami tidak melakukan apa-apa. Hidup kami sangat menderita. Berkat organisasi ini saya bisa memberi nafkah keluarga saya. Kalau tidak, kadang beberapa hari tidak ada makanan di rumah." 

Para pekerja dibayar untuk setiap karya buatannya. Rata-rata per minggu mereka menghasilkan 24.000 CFA-Franc atau sekitar 500.000 rupiah. Ini cukup untuk standar kehidupan yang lebih baik di Burkina Faso.

Burkina Faso adalah sebuah negara di Afrika Barat yang terkurung daratan (landlocked). Negara ini berbatasan dengan Mali di sebelah utara; Togo dan Ghana di selatan; Niger di timur, Benin di tenggara; dan Pantai Gading di barat daya. 

Dahulu bernama Volta Hulu. Presiden Thomas Sankara mengganti nama negara ini menjadi 'Burkina Faso' (dalam bahasa Dioula dan More: "Negara Orang Jujur") pada 4 Agustus 1984. Ibu kota Burkina Faso adalah Ouagadougou (baca: Wagadugu), disebut "Waga" oleh penduduk setempat. (*)

sumber: Deustche Welle