Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Siswa SMK Dianiaya dan Disekap, Dibebaskan Setelah Ditebus Rp25 Juta
Oleh : Ali
Rabu | 18-09-2013 | 22:33 WIB
ahmad nasir.jpg Honda-Batam
Ahmad Nasir (membelakangi kamera), bersama dengan orang tuanya.

BATAMTODAY.COM, Batam - Ahmad Nasir Harahap (19) mengaku menjadi korban penganiayaan dan penyekapan serta penyandraan, yang disebutnya dilakukan tiga oknum polisi, karena terlibat melakukan aksi pembakaran di Sekolah Penerbangan Angkasa Nasional (SPAN) Batam.

Ahmad Nasir juga keterlibatannya dalam aksi pembakaran itu, setelah diajak rekannya berinisial Zr, seorang siswa di sekolah tersebut.

"Kami dilepaskan setelah orang tua Zr membayar uang tebusan sebesar Rp25 juta kepada pihak sekolah," ujar Ahmad Nasir, kepada wartawan di rumahnya, Kavling Punggur, Rabu (18/09/2013).

Nasir yang didampingi oleh kedua orang tuanya mengatakan, polemik itu berawal dari Zr yang memiliki masalah dengan gurunya. Lantas Zr membujuk dirinya untuk ikut serta membakar sekolah menggunakan bensin.

''Lantas kami bakar komputer dan kursi dan beberapa buku yang ada di lantai II sekolah itu pada Minggu (16/9/2013). Tapi pada saat kami masuk ke sekolah hingga ruang guru, pintu dalam keadaan tidak terkunci, makanya tidak ada yang kami congkel untuk masuk ke dalam sekolah,'' kata Ahmad Nasir.

Keesokan harinya, lanjutnya, Zr langsung ditahan oleh pihak sekolah. Orang tua Zr, Karmin, yang merupakan ketua RW 06 Perumahan Jasinta, Kabil, langsung mendatangi sekolah hingga mereka sepakat berdamai dan akan mengganti kerugian pihak SPAN.

Meski sudah ada perdamaian, ternyata masalahnya tidak selesai sampai di situ. Ahmad Nasir yang ikut membakar sekolah tersebut diculik tiga pria yang mengaku sebagai oknum polisi dari tempatnya kerja di Happy Net yang ada di ruko Perumahan Jasinta pada Senin (17/9/2013) sekitar pukul 21.00 WIB.

"Saya diseret dari tempat kerja saya ke dalam mobil Grand Max warna silver BP 1042 EG yang parkir di depan warnet," ujarnya.

Di dalam mobil, tambahnya, dia dipukul untuk mengaku aksi pembakaran yang dilakukannya bersama Zr di lantai II SPAN. Hingga akhirnya diturunkan di lokasi tempat pembungan akhir (TPA) Telaga Punggur.

"Di TPA, saya dipukul, diinjak dan diancam akan dibunuh. Juga bakal ditembak, digorok, disunat kedua kali dan mayat saya akan dibuang kelaut. Orang itu minta diberi tahu di mana lokasi keberadaan dua orang teman saya yang mengantar ke sekolah itu," ceritanya.

Setelah kedua rekannya dicari, namun tetap tidak diketahui keberadannya, lantas dia dibawa lagi dengan mobil tersebut ke tempat kerjanya untuk menutup warnet.

Setelah menutup warnet, lantas dirinya dibawa ke SMK SPAN Batam. Di sekolah itu, Ahmad Nasir berjumpa dengan Ze yang sudah lebih dulu berada di sekolah. Disana dia kembali disiksa. Satu dari tiga pria yang membawanya memegang tangannya, dan yang lainnya memukul hingga ia tidak bisa mengelak.

''Saat saya disiksa, ada juga guru perempuan di sekolah itu yang melihat kami karena mess guru ada di lingkungan sekolah,'' terang Ahmad Nasir.

Setelah disiksa hingga larut malam, dia dan Zr disekap di dalam gudang sekolah. Hingga pagi harinya, mereka dibangunkan oleh pria yang melakukan pemukulan itu.

"Saya dipaksa naik ke mobil untuk kembali ke warnet tempat saya kerja untuk menyerahkan kunci ke penjaga warnet yang bertugas pagi hari,'' terang Ahmad Nasir.

Karena petugas warnet yang jaga pagi hari belum datang, Ahmad Nasir pun menitipkan kunci warnet kepada tetangga yang ada di samping tempatnya bekerja.

''Pekerja rumah makan yang curiga melihat Ahmad Nasir langsung memperhatikan jenis kendaraan yang membawa Ahmad Nasir dan mencatat nomor polisi kendaran tersebut,'' kata Abdullah, orang tua Ahmad Nasir.

Lantas, Ahmad Nasir dibawa lagi ke sekolah SPAN dengan mobil yang sama "Sekitar pukul 09.00 pagi, kami dikeluarkan lagi dari gudang dan saya melihat orang tuanya Zr datang menggunakan mobilnya untuk menyerahkan uang Rp25 juta ke pimpinan sekolah tersebut,'' terang Ahmad Nasir.

Setelah pembayaran selesai, baru Zr dan Ahmad Nasir dipertemukan dengan orang tua Zr. Hingga Ahmad Nasir diantar pulang oleh orang tua Zr. Tidak terima anaknya dianiaya, kasus penyekapan dengan meminta tebusan Rp25 juta ini akhirnya dilaporkan ke Polsek Nongsa hanya secara lisan pada Selasa (18/09/2013), karena pihak polsek menyarankan agar melapor kejadian itu langung ke Polda Kepri.

''Tapi kami disarankan untuk melapor ke Polres dan laoran ke Polsek Nongsa baru laporan lisan. Rencananya, Kamis (19/7) kami mau membuat laporan tertulis ke Polda,'' kata Abdullah.

Sementara itu, orang tua Zr saat didatangi kemarin sedang tidak berada di rumah. ''Pak RW sekeluarga sedang keluar semua pak,'' ujar seorang wanita yang menemui wartawan.

Di tempat terpisah, pihak sekolah SPAN Ermayanti, membantah kalau ada pembakaran sekolah oleh siswanya dan tidak ada juga penyekapan dan pemukulan yang dilakukan pihaknya. Erna juga tidak mengakui kalau pihaknya menerima uang Rp25 juta sebagai tebusan terhadap Zr dan Ahmad Nasir.

Menurutnya, kepala sekolah SPAN menyebutkan yang terbakar itu hanya karena korsleting. "Dan tidak ada penyekapan seperti yang dituduhkan. Masalah siswa saya yang Anda sebutkan itu, itu memang tak masuk sekolah sejak pekan lalu dengan alasan sakit gigi,'' kilah dia.

Editor: Dodo