Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bakteri Bantu Hutan Tropis Menyerap Karbon
Oleh : Redaksi
Rabu | 18-09-2013 | 10:52 WIB
hutan_hujan.jpg Honda-Batam
Ilustrasi hutan tropis.

BATAMTODAY.COM, Batam - Salah satu cara paling efektif untuk mencegah pemanasan global dan perubahan iklim adalah dengan menjaga kelestarian hutan. Hutan adalah paru-paru bumi, sistem penyerap karbon alami, yang keberadaannya kini terus terancam oleh deforestasi, pemanasan global dan perubahan iklim.

Penelitian terbaru dari Princeton University yang diterbitkan Minggu (15/9/2013) menyebutkan, hutan tidak hanya bergantung pada pohon untuk menyerap emisi karbon. Kerja sama yang unik antara spesies pohon tertentu dan bakteri rhizobia, bakteri yang membantu mengoptimalkan penyerapan CO2 dari atmosfer, menentukan kemampuan hutan sebagai penyerap emisi yang berasal dari pembakaran bahan bakar fossil.

Tidak hanya pohon-pohon besar, justru tanaman kacang-kacangan dan biji-bijian yang berperan penting untuk menarik bakteri, sehingga bisa bekerja sama menyerap emisi CO2. Tanaman jenis ini adalah tanaman yang biasa digunakan untuk pakan ternak (legume trees).

Dalam penelitian ini, tim Princeton University menganalisis lahan hutan yang telah digunakan untuk pertanian sejak 5-300 tahun yang lalu. Mereka menyimpulkan, tanaman pakan ternak inilah yang menunjang kesuburan tanah di hutan. Tanaman-tanaman ini bekerja sama dengan bakteri rhizobia memompa nitrogen alami ke dalam tanah, sehingga tanah menjadi subur.

Bisa dibayangkan bagaimana jika hutan dibabat untuk perkebunan dan hanya ditanami oleh satu jenis pohon (monokultur). Tidak hanya spesies hewan dan tanaman yang musnah, namun kemampuan hutan untuk memulihkan diri, manfaat ekonomi dan fungsi penyerapan karbon alami akan jauh berkurang.

Keberadaan tanaman atau pohon pakan ternak ini menentukan kecepatan pertumbuhan tanaman di hutan selama periode pemulihan lahan yang dulu digunakan sebagai lahan pertanian, yaitu dalam 12 tahun pertama. Sehingga hutan bisa kembali berfungsi optimal sebagai sistem penyerap emisi karbon.

Dalam 12 tahun, lahan-lahan yang dipulihkan ini akan mampu menyerap 40 persen karbon dibanding hutan-hutan alami yang telah matang. Tanaman pakan ternak ini - bekerja sama dengan bakteri rhizobia - menyumbang lebih dari separuh kebutuhan nitrogen tanaman untuk memastikan hutan bisa pulih dan berfungsi seperti sedia kala.

Temuan ini sangat penting saat negara-negara yang memiliki hutan tropis seperti Indonesia berencana melakukan aforestasi, atau upaya menghijaukan hutan kembali. Indonesia adalah negara dengan tutupan hutan tropis terbesar ketiga di dunia. Indonesia juga salah satu negara pertama yang berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen pada tahun 2020.

Memastikan terciptanya keanekaragaman hayati di hutan sangat penting guna memaksimalkan fungsi hutan sebagai penyerap karbon alami. Sehingga hutan bisa mengurangi dampak bencana dari perubahan iklim dan pemanasan global.

Sumber: hijauku.com