Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Jam Belajar Bahasa Melayu Jadi 240 Menit di Sekolah Rendah Malaysia
Oleh : Redaksi
Jum'at | 06-09-2013 | 14:14 WIB

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Jam pelajaran bahasa Melayu di Sekolah Jenis Kebangsaan Cina (SJKC) dan Tamil (SJKT) di Malaysia akan ditingkatkan dari 180 menit menjadi 240 menit seminggu. Penambahan waktu itu dimaksudkan untuk memperdalam penguasaan bahasa Melayu di kalangan siswa sekolah rendahan (sekolah dasar) tersebut.


Wakil Perdana Menteri Malaysia, Tan Sri Muhyiddin Yassin, menegaskan, penambahan waktu itu tidak akan mempengaruhi pembelajaran bahasa ibu lainnya seperti yang dikhawatirkan beberapa pihak.

"Kita tambah karena kita rasakan (penguasaan) kurikulum Bahasa Melayu di Sekolah Jenis Kebangsaan ini agak lebih rendah. Ia harus ditingkatkan, bahkan tak sebanding dengan Sekolah Kebangsaan tapi jangan terlalu jauh (perbedaannya)," ujar Tan Sri Muhyiddin, seperti dilansir Bernama.

Penambahan waktu belajar itu bahkan pernah diusulkan oleh pegawai kementerian menjadi 270 menit. Namun, masyarakat yang mendukung SJKC tak menyetujui sementara tak ada masalah jika diterapkan di SJKT.

Pemerintah Malaysia akhirnya mengambil jalan tengah dengan menetapkan tambahan selama 60 menit untuk pelajaran bahasa Melayu itu. "Dan mereka semua terima," katanya kepada wartawan setelah meluncurkan Rencana Pembangunan Pendidikan Malaysia 2013-2025 di Balai Sidang Jakarta, hari ini.

Sistem pendidikan - terutama yang menyangkut lembaga pendidikan - yang dianut Malaysia memang sedikit berbeda dengan Indonesia. Di Malaysia, sekolah dasar atau yang lebih dikenal dengan Sekolah Rendah (7 - 12 tahun) dibagi menjadi tiga, yaitu Sekolah Kebangsaan (SK) dengan bahasa pengantar bahasa Melayu, Sekolah Jenis Kebangsaan Cina (SJKC), dengan bahasa pengantar bahasa Mandarin, dan Sekolah Jenis Kebangasaan Tamil (SJKT), dengan bahasa pengantar bahasa Tamil.

Pengkotak-kotakan sesuai ras (SARA dalam bahasa Indonesia) sekolah ini dituding beberapa pakar di Malaysia, telah menyebabkan pembauran di Malaysia masih kurang karena telah menciptakan eksklusivitas. 

Jenjang lanjutan sekolah rendah adalah Sekolah Menengah Kebangsaan (tanpa melalui SMP seperti di Indonesia ) dengan bahasa pengantas bahasa Melayu atau Inggris. Dulu, pelajar-pelajar dari SJK(C) dan SJK(T) harus mengikuti kelas peralihan selama 1 tahun untuk memahirkan bahasa Melayu. Namun sekarang tidak lagi, tetapi hanya yang nilai rendah bahasa Melayu pada UPSR (semacam Ujian Nasional SD) yang harus mengikuti kelas peralihan.

Desakan untuk penguatan bahasa Melayu juga dilontarkan Anwar Ibrahim, namun bukan semata-mata hanya untuk mata pelajaran bahasa Melayu. Selama ini banyak sekolah di Malaysia memberi pengajaran ilmu pengetahuan dan matematika dalam bahasa Inggris. 

Tiga tahun lalu, Anwar menyerukan kedua mata pelajaran itu harus disajikan dalam bahasa Melayu. Bahkan bahasa nasional Malaysia itu harus kembali difungsikan sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah. 

Anwar juga menyerukan agar bahasa Melayu juga harus sering diterapkan di sekolah-sekolah China dan Tamil. "Isu ini sudah terlalu lama menjadi kontroversi," kata Anwar seperti dikutip di laman harian The Star

"Kami menganggap kebijakan selama ini menghianati Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi kita," lanjut mantan deputi perdana menteri Malaysia itu.

Penguasaan bahasa Inggris memang tak kalah penting. Namun bagi Anwar, bahasa Inggris tak perlu dijadikan bahasa pengantar karena bisa menyisihkan peran bahasa Melayu di sekolah. (*)

Editor: Dodo