Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Aniaya Siswa, Kepala Sekolah MTs Al-Jabar Dipolisikan
Oleh : Hendra Zaimi
Kamis | 29-08-2013 | 14:02 WIB
laporan_polisi_aljabar.jpg Honda-Batam
Ari Wirasama, orang tua siswa MTs Al-Jabar menunjukkan surat laporan polisi yang melaporkan tindak penganiayaan oleh kepala sekolah terhadap anaknya.

BATAMTODAY.COM, Batam - Kekerasan terhadap siswa masih kerap terjadi di dunia pendidikan di Batam. Kali ini dua siswa MTs Al-Jabar Bengkong menjadi korban penganiayaan yang dilakukan oleh kepala sekolah, Selasa (27/8/2013).

Muhammad Ridho (14) dan Anjas Muda Pratama (12), 2 siswa kelas 1 MTs Al-Jabar, menjadi korban penganiayaan oleh Fitrah Nugraha (26), Kepala Sekolah MTs Al-Jabar Bengkong, hanya karena masalah sepele, tak mau menuruti perintah istri kepala sekolah.

Kejadian berawal ketika jam istirahat sekolah, karena baju sekolahnya basah usai bermain, Anjas terpaksa membuka pakaiannya dan meletakan di kursi. Lalu bersama Ridho keduanya pergi ke kantin sekolah.

"Baju seragam saya basah, jadi saya hanya pakai baju kaos hitam lalu pergi ke kantin bersama Ridho," kata Anjas kepada wartawan di kediaman Muhammad Ridho, Kampung Seraya, Kamis (29/8/2013).

Sampai di kantin, Anjas ditanya oleh seorang wanita yang diketahui adalah istri kepala sekolah mengapa dia tak mengenakan seragam sekolah, dijawab Anjas bahwa baju seragamnya basah usai bermain bersama teman-temannya.

Karena tak mengenakan seragam sekolah, Anjas dihukum istri kepala sekolah untuk mengangkat barang dari kediaman kepala sekolah untuk dibawa ke kantin. Namun perintah itu sempat ditolak Ridho dan melarang Anjas untuk tidak menuruti perintah itu.

"Ridho melarang saya, itu yang membuat istri kepala sekolah marah. Tapi saya tetap menuruti perintah istri kepala sekolah dan kemudian mengangkut mie instan dari rumahnya ke kantin," terang Anjas.

Istri kepala sekolah yang kesal perintahnya dibantah Ridho lalu mengancam keduanya dan mengatakan akan melaporkan peristiwa itu kepada suaminya.

"Awas kamu ya, saya laporkan ini ke Pak Fitrah," kata Anjas mengulang ucapan yang diucapkan istri kepala sekolah.

Tak lama berselang, keduanya kembali ke ruang kelas mereka. Tanpa berpikir apa yang akan mereka terima atas ancaman dari istri kepala sekolah.

Namun usai shalat Dzuhur, saat mereka sedang di parkiran sekolah keduanya didatangi oleh kepala sekolah dan istrinya dan mempertanyakan masalah yang dialami mereka tadi di kantin sekolah.

Kepala sekolah sempat menanyakan kenapa Anjas tak memakai seragam sekolah dan dijawabnya bajunya basah, tak terima jawaban itu kepala sekolah lantas memukul perut Anjas, mencekik dan menjambak rambutnya.

Sama seperti Anjas, Ridho malah ditampar, dicekik dan diinjak kakinya, lalu keduanya dibawa ke ruangan kepala sekolah dan diinterogasi atas masalah itu.

Perlakuan kasar dari kepala sekolah membuat kesal kedua orang tua korban dan datang ke sekolah untuk mempertanyakan masalah itu, namun kepala sekolah malah tak mengaku dia telah melakukan penganiayaan.

"Dia (pelaku) tak mengaku telah memukul anak saya, tapi setelah mengatakan ada bekas luka di leher atas cekikan, dia baru mengaku dan melakukan karena kedua siswa itu melanggar aturan sekolah," kata Ari Wirasama, orang tua Ridho.

Menurutnya, aksi penganiayaan itu bahkan disaksikan oleh wali kelas kedua siswa. Tak terima perlakuan itu, keluarga korban lantas melaporkan kasus penganiayaan ini ke Mapolresta Barelang pada Rabu (28/8/2013) dengan nomor laporan LP - B /959/VIII/2013/Kepri/SPK - Polresta Barelang sesuai visum dokter dari RS Budi Kemuliaan.

"Kasusnya sudah kami laporkan ke polisi, siang ini kami akan memberi keterangan di unit PPA," kata Ari.

Penganiayaan terhadap anak didik juga pernah dituduhkan terhadap tiga guru di SMP Negeri 11 Batuaji, masing-masing Yarda, Elma dan Imron. Ketiganya juga diadukan ke polisi oleh keluarga Rahma Kurnia Safitri, siswi kelas VIII di sekolah tersebut, medio Juni 2013 lalu.

Namun, menyikapi pelaporan dirinya, Elma membantah melakukan penganiayaan. Dia menuturkan, awal persoalan dimulai dari sikap Rahma yang tak sopan dan menghina guru di depan teman-temannya.

"Tidak ada penganiayaan, dan saya hanya membetulkan jilbabnya," kata Elma kala itu.

Editor: Dodo