Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Sepeninggal Rosihan, Belanda Berduka
Oleh : Nurfahmi
Sabtu | 16-04-2011 | 14:01 WIB
rosihan.jpg Honda-Batam

Dari kiri ke kanan - Sirtjo Koolhof, Rosihan Anwar, Junus Effendie Habibie, dan Naila Karim Anwar.Foto diambil di Bandara Schiphol, Belanda saat perayaan 60 tahun Konferensi Meja Bundar (KMB)

Amsterdam, batamtoday - Bukan saja masyarakat Indonesia yang kehilangan Rosihan Anwar. Belanda juga mengingat beliau sebagai wartawan yang tidak pernah berhenti berkarya. Bahkan dalam publikasi resminya, Radio Netherland Wereldomroep (RNW) menyatakan turut berduka atas meninggalnya wartawan senior tersebut.

Demikian dikutip batamtoday dari laman RNW, Sabtu, 16 April 2011.

RNW memang menyimpan kenangan indah bersama jurnalis tiga zaman ini. Tepatnya akhir Desember 2009, kantor berita sepuluh bahasa itu mengundang Rosihan Anwar ke Belanda untuk menghadiri langsung peringatan 60 tahun konferensi Meja Bundar. Selain karena dia satu-satunya wartawan saksi yang masih hidup, peristiwa penyerahan kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949. Selama 10 hari di Belanda, Rosihan bisa melakukan napak tilas di tempat-tempat penting 60 tahun lalu.

Seperti tertulis dalam sejarah, Rosihan meliput Konferensi Meja Bundar di Den Haag 1949 itu atas undangan Pemerintah Belanda.

"Saya kesini sebagai wartawan diundang oleh pemerintah Belanda. Bukan oleh pemerintah Indonesia. Alasannya karena saya tidak sependapat dengan Tracee Bangka, politiknya Soekarno", kata Rosihan Anwar kepada Radio Nederland dua tahun lalu.

Kedatangan Rosihan Anwar ke Belanda merupakan anugerah pula bagi Radio Nederland. Hal ini dikatakan Sirtjo Koolhof mantan kepala bagian Indonesia Radio Netherland.

"Kami cari orang yang pada saat itu hadir. Karena sudah 60 tahun yang lalu, sangat sedikit orang yang masih hidup. Salah satunya Rosihan Anwar," cerita Koolhof.

Setiba di Belanda, Rosihan sangat ingin mengunjungi semua tempat bersejarah di negeri kincir angin itu. Sayangnya, jelas Koolhof, cuaca pada saat itu buruk, sehingga sulit bagi Rosihan Anwar untuk jalan-jalan di Belanda. Hasilnya hanya beberapa tempat saja yang berhasil dikunjungi.

"Padahal pak Rosihan ingin sekali mengunjungi beberapa tempat yang dulu dia kunjungi juga." ujar Koolhof.

Namun yang paling mengesankan, menurut Koolhof, adalah ketika Rosihan Anwar mengunjungi Arsip Nasional Belanda, di mana disimpan sebuah album foto milik wartawan senior ini.

"Album foto diambil tentara Belanda tahun 1946/1947, saya tidak tahu persis, saat pak Rosihan beberapa hari ditahan oleh tentara Hindia-Belanda. Pertemuan album foto itu dan pak Rosihan sendiri sangat mengesankan," cerita Koolhof.

Rosihan Anwar begitu emosi ketika melihat album tersebut. Menurut wartawan Indonesia, hubungan Indonesia-Belanda juga saat ini sangat penting. Ia menganggap Belanda pintu masuk Eropa untuk Indonesia.

Pesan penting yang melekat pada  Koolhof adalah peran penting hubungan antara Belanda dan Indonesia di era modern ini. Kepergian Rosihan kembali ke sang Khalik menyisakan jejak sejarah yang dikenang baik bangsa Indonesia maupun Belanda.