Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Warga Keluhkan Maraknya Perdagangan Mikol di Pemukiman
Oleh : Andri Arianto
Kamis | 14-04-2011 | 15:08 WIB
3361271863_00bd959612.jpg Honda-Batam

Ilustrasi

Batam, batamtoday - Minuman beralkohol (Mikol) kelas premium, seperti "Red Label" dan "Jim Beam" kini dijual bebas di warung-warung kecil di kawasan pemukiman dengan harga murah. Sebagian warga mulai mengeluhkan aktifitas peredaran minuman memabukkan ini.

Pengamatan batamtoday, di kawasan pemukiman Bengkong Baru, warung yang menjual mikol tersebut tak berjedah dan bebas. Sama halnya, sebagian warung yang beroperasi di sepanjang jalan Simpang Kuda - Bengkong pun tak mau kalah bersaing turut menjualnya.

Yuliyanti, (28) salah seorang warga di Bengkong Baru ketika ditanyai pendapatnya soal peredaran mikol kelas premium di kawasan pemukimannya mengatakan sangat tidak setuju. Alasannya karena dengan mudahnya didapat mikol di warung-warung kecil dapat merubah mental pemuda-pemuda di lingkungan sekitar menjadi negatif.

Wanita beranak satu itu meminta kepada pemerintah kota (Pemko) Batam agar dapat menertibkan maraknya peredaran mikol di kawasan pemukimannya.

"Apa kerja Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) kalau tidak bisa menertibkannya," tukas Yuli ketus.

Kepada batamtoday, Yuli juga meminta agar disampaikan kepada Walikota Batam, Ahmad Dahlan bahwa jika mental pemuda-pemudi di Batam dipengaruhi alkohol, maka tidak perlu ada pemerintahan lagi.

Lebih keras, Ketua RT 04 di kawasan Bengkong Polisi, Makruf, menegaskan kepada instansi terkait pemberi izin usaha agar menindak perusahaan yang telah memanipulasi produk dengan pola oplosan hanya karena memikirkan keuntungan semata.

Kenapa pemerintah, lanjut Makruf, tidak justru memperbanyak pabrik pengolahan bahan makanan pokok saja, sehingga berdampak pada harga murah untuk konsumsi makanan penduduk di setiap kawasan.

"Dari situ udah keliatan kalau pemerintah itu ngasih izin kalau pemohon izin membayar  uang Terima Kasih"," sindirnya.

Dari sisi distribusi mikol, salah seorang penjual di Bengkong Baru ketika ngobrol dengan batamtoday mengaku, hadirnya mikol kelas premium dengan merk-merk terkenal di warung mereka memberi warna berbeda dibanding saat mereka hanya menjual mikol kelas bawah. Memang yang terpenting, kata penjual itu bukan prestise yang dicari melainkan keuntungan semata.

Tak pelak, dengan jumlah penikmat mikol yang kian bertambah, masih kata penjual itu mikol kelas premium (diduga oplosan) mampu memberikan selisih keuntungan yang besar sebab harga jualnya senilai Rp 150 ribu itu dianggap sangat murah ketimbang harga mikol kelas premium aslinya yang mencapai Rp 180 ribu hingga Rp 250 ribu.

"Ya lumayanlah bang. Peminatnya juga banyak,"kata penjual itu santai, Kamis 14 April 2011.

Tak berbeda, informasi yang didapat batamtoday dari penjual mikol di Sungai Panas pun demikian. Menurutnya tidak sulit untuk memperoleh akses distribusi, karena biasanya marketing perusahaan distribusi mikol itu sendiri yang mendatangi warung-warung.

"Ya karena sudah punya kontak, jadi kalau habis langsung pesan aja," tukasnya.

Di wilayah Sungai Panas penjualan mikol tersebut cukup tinggi diperkirakan 20 hingga 30 botol mampu terjual setiap harinya. Sementara Di Bengkong, para penjual rata-rata mampu menjual dengan jumlah 30 hingga 40 botol per hari.

Angka penjualan mikol kelas premium mengalami peningkatan sepanjang hari Sabtu yang kadang-kadang tembus 50 botol.

"Memang kalau minuman kelas kayak gitu banyak kali yang suka," cerita penjual mikol di Bengkong Mahkota.