Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Susilo Sulistiawan, Ketua DPD Aprindo Kepri

Pasar Ritel Batam Terus Tumbuh
Oleh : Andri Arianto/Ramses
Senin | 28-03-2011 | 08:55 WIB

Batam, batamtoday - Batam, Pulau kalajengking yang terus tumbuh mendapat perhatian banyak pihak karenadaya tarik ekonomi. Para pengusaha yang membuka usaha disana terus berlomba-lomba
karena prospeknya yang makin cerah.

Batam sebagai wilayah Indonesia yang paling dekat dari Singapore, para pelancong dari negeri singa akan datang ke Batam untuk jalan - jalan. Menurut Ketua DPD Aprindo Kepri Susilo Sulistiawan, kebanyakan warga Singapore habis jalan-jalan akan berbelanja kebutuhan sehari - hari. "Karena harganya sangat murah," katanya.

Ramainya kota Batam tak pelak membuat ritelpun terus tumbuh. Pertumbuhan ritel dari tahun ketahun cukup membanggakan. Beberapa ritel yang sudah hadir antara lain Carrefour, Hypermart, Ramayana, Sarinah, Circle K, dan Indomart, sementara untuk yang lokal sudah ada Top 100.
       
Batam sebagai salah satu pusat industri juga banyak mendatangkan pekerja dari seluruh luar Batam, tentu saja membutuhkan ritel yang banyak. Apalagi pasar tradisional di sana tidak terlalu banyak, sehingga memungkinkan tumbuhnya ritel tanpa mengganggu pasar tradisional. 'Ini pangsa pasar, karena konsumen rata - rata perusahan dan pabrik dengan tenaga kerja dari luar," Ujar Sulis, panggilan Susilo.
       
Untuk lebih mendorong pengusaha di Kota Batam dan sekitarnya terutama dari kalangan UKM (Usaha Kecil dan Menengah), maka Aprindo Batam akan menggandeng mereka dan bekerjasama dengan Peritel. Hal itu dilakukan agar produk - produk UKM bisa diterima di kalangan peritel. Langkah sinergi ini diyakini akan makin mendorong pertumbuhan industri UKM sekaligus ritel di Batam.

Sulis berharap agar persoalan pajak yang menghambat di Batam bisa diselesaikan. Apalagi sebagai kawasan Free Trade Zona, Batam memberlakukan kawasan Duty Free alias bebas pajak. Sehingga mekanisme masuk dan keluarnya barang di sana bisa diatur dan tidak memberatkan kalangan pengusaha khususnya ritel.

Meski jaringan ritel kelas minimarket belum banyak disana, tapi potensi untuk perkembangan minimarket akan makin besar. Hal itu bisa dilihat dari perkembangan penduduk dan kebutuhan masyarakat. Ditambah konflik dengan pasar tradisional yang nyaris tidak pernah terjadi.

Hal ini dikuatkan dalam laporan Lembaga riset The Nielsen Company Indonesia (Nielsen), walaupun pusat perbelanjaan modern menunjukkan pertumbuhan yang signifikan di beberapa kawasan, namun pasar tradisional masih tetap diminati. Sebab, konsumen memilih tempat tertentu untuk membeli barang tertentu. Sayuran segar yang baru didatangkan dari pasar induk, misalnya hanya ada di pasar tradisional. Namun, minat masyarakat terhadap ritel modern juga disebabkan karena ritel modern memiliki kelebihan, seperti tempat rekreasi. Jadi baik pasar tradisional maupun ritel modern, masing-masing memiliki kelebihan yang akan dibanjiri konsumen.

Yang dibutuhkan sekarang adalah regulasi yang memberi keleluasan kepada pengusaha ritel setempat untuk berusaha dengan leluasa. Sebab, bagi mereka usaha yang nyaman akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi Batam sebagai Free Trade Zone (FTZ).