Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Infertilitas, Penyakit yang Masih Kurang Dipedulikan
Oleh : Dodo
Rabu | 27-03-2013 | 08:51 WIB
infertilitas.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

JAKARTA, batamtoday - Tidak banyak yang tahu bahwa infertilitas adalah penyakit. Karena itulah infertlitas kurang mendapat perhatian. Padahal penyakit ini bisa mengganggu produktivitas.


"Infertilitas ini penyakit tapi belum banyak yang menganggapnya begitu sehingga masih sangat kurang dipedulikan. Padahal infertilitas ini menyerang mereka yang ada di usia produktif, dan jika mereka belum memiliki anak dalam usia itu maka hal ini juga dapat mengganggu produktivitas," terang dr Budi Wiweko, SpOG(K) dikutip dari health.detik, Rabu (27/3/2013).

Infertilitas merupakan ketidakmampuan biologis manusia untuk bereproduksi. Jika sepasang suami istri yang tinggal bersama namun belum juga mendapat momongan padahal tidak menggunakan alat kontrasepsi, maka bisa jadi pasangan tersebut mengalami masalah infertilitas.

Menurut dokter yang biasa disapa dr Iko ini, di negara lain seperti Singapura dan China, pemerintah sudah memberikan perhatian yang cukup pada infertilitas. Perhatian pemerintah dituangkan melalui subsidi pasangan suami istri untuk melakukan usaha bayi tabung.

"Pemerintah luar memberikan insentif pada warganya kalau mau punya anak, karena mereka butuh generasi muda untuk menggantikan generasi mereka. Khususnya di negara China, walaupun programnya 1 anak untuk setiap rumah tangga tetap saja mereka memberikan kepedulian pada yang tidak dapat memiliki anak. Di sana ada 300 klinik bayi tabung. Bahkan di Australia pemerintah memberikan subsidi 8 kali untuk program bayi tabung," jelas dr Iko.

Dibandingkan dengan Indonesia, saat ini baru ada 23 klinik yang tersebar di 9 kota yang menangani masalah infertilitas. Mungkin karena kurangnya fasilitas pelayanan untuk mengatasi infertilitas, banyak orang Indonesia yang berlarian ke luar negeri.

Padahal menurut dr Iko, klinik di Indonesia memiliki beberapa dokter yang lebih pintar daripada dokter di luar negeri. Selain itu peralatan yang dimiliki juga sama canggihnya. Namun bedanya ada beberapa layanan yang tidak dilakukan klinik infertilitas di Indonesia.

"Kami tidak melakukan donor sperma atau sel telur seperti di luar, juga tidak memberlakukan ibu titip untuk pengembangan embrio. Kehamilan harus tetap terjadi pada pasien itu sendiri," ucap dr Iko.