Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Penduduk Sabah Tolak Klaim Sultan Sulu
Oleh : Dodo
Kamis | 07-03-2013 | 09:16 WIB
sultan sulu.jpg Honda-Batam
Sultan Sulu, Jamalul Kiram III. (Foto: Asiaone)

KOTA KINABALU, batamtoday - Penduduk Sabah beramai-ramai menandatangani petisi online yang berisi penolakan klaim Sultan Sulu, Jamalul Kiram III atas wilayah Malaysia bagian timur itu.

Asiaone melaporkan hingga Kamis (7/3/2013), terdapat 3.334 orang yang menandatangani petisi online tersebut.

Dalam petisi yang diakses melalui http://www.change.org/en-GB/petitions/sabahans-reject-sulu-philippines-claim-on-sabah-sabah-menolak-tuntutan-sulu-dan-filipina-terhadap-sabah tersebut warga secara bulat menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi bagian dari Malaysia.

"Kami menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengakui hak rakyat Sabah untuk menentukan nasib sendiri, untuk mendukung kedaulatan konstitusi negara dari Pemerintah Malaysia yang sah dan keinginan penduduk Sabah untuk secara permanen menolak Kesultanan klaim Sulu di rumah kami."

Petisi ini akan diteruskan ke Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Tun Razak dan Presiden Filipina Benigno S. Aquino III.

Salah seorang blogger Malaysia berinisial NI mengatakan petisi itu adalah jalan bagi warga, terutama kaum muda, untuk melaksanakan kebebasan mereka dan hak-hak demokratis.

"Kami ingin mereka (Najib dan Aquino) dan seluruh dunia untuk mendengarkan suara kami," katanya.

Para penandatangan petisi juga mengakui sejarah 'pembagian' Sabah antara Malaysia dan Filipina, namun mereka tetap menolak klaim Sultan Sulu yang dianggap tidak relevan dengan perkembangan di Sabah.

Petisi mengakui sejarah dibagi antara Sabah dan Filipina, tetapi "hormat dan permanen menolak" klaim kesultanan, yang dianggap sebagai kelompok "tidak relevan dengan Sabah modern".

Penandatanganan petisi, Nur Azila Awang Sarin dari Kota Kinabalu mengatakan: "Sabah milik Malaysia."

Netizen Brandon A.J. mengatakan tidak ada ruang untuk seperti "barbarisme" di era modern.

Adam Chin mengatakan Lahad Datu konflik itu "ditakdirkan untuk gagal", menambahkan bahwa Penduduk Sabah telah menjadi satu dengan Malaysia.