Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Menjaga Alam Menumbuhkan Ekonomi
Oleh : Dodo
Sabtu | 02-03-2013 | 14:26 WIB

BATAM, batamtoday - Menjaga keanekaragaman hayati menjadi sumber pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Hal ini terungkap dari dua laporan yang dirilis oleh Program Lingkungan PBB (UNEP) baru-baru ini. Laporan berjudul BioTrade: Harnessing the potential for transitioning to a green economy ini menganalisis industri yang berbasis keanekaragaman hayati di Nepal dan Peru.


Di Nepal, permintaan akan pengobatan alami terus bertumbuh membuka lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi penduduk lokal. Nepal saat ini memiliki 700 spesies tanaman medis. Surga keanekaragaman hayati ini membuka peluang bagi perdagangan produk dan jasa terkait dengan lingkungan dan sumber daya alam.

Peluang itu meliputi perdagangan bahan-bahan alami (minyak nabati, ekstrak tanaman, bahan kosmetik, obat-obatan, minuman alami, selai, dsb), perdagangan komoditas (seperti produk bambu, karet, resin, rempah-rempah, bumbu, pewarna alami, pestisida alami, jamur liar dan makanan kesehatan), serta perdagangan jasa seperti ekoturisme.

Saat ini lebih dari 100 tanaman obat dan aromatik yang dipanen dari Nepal dan diperdagangkan di pasar internasional. Nilai ekspor tanaman obat dan aromatik Nepal mencapai $3 juta pada 2008, dan meningkat menjadi $9,8 juta pada 2009. Bahan-bahan alami di Nepal – terutama tanaman obat dan aromatik (medicinal and aromatic plants) – banyak terdapat di wilayah-wilayah miskin.

“Permintaan produk alami dan ramah lingkungan terus bertumbuh dan berpotensi memerkuat ekonomi nasional dan ekonomi penduduk di pedesaan,” ujar Lal Mani Joshi, sumber resmi di kementrian perdagangan Nepal sebagai mana dikutip dalam berita UNEP.

Di Peru, industri produk dan jasa yang bersumber dari keanekaragaman hayati tumbuh 20% dalam 5 tahun terakhir. Menurut UNEP, jika Peru mampu melipatgandakan perdagangan berbasis keanekaragaman hayati menjadi 40% pada 2020, omzet penjualan produk Peru akan meningkat dari $110 juta pada 2009 menjadi $2,7 miliar.

Peningkatan ini akan membuka lebih dari 250.000 lapangan kerja baru dalam 10 tahun ke depan dan meningkatkan nilai penyerapan emisi karbon dari $154 juta menjadi $750 juta.

Saat ini terdapat 10.000 penduduk Peru yang bekerja di sektor berbasis keanekaragaman hayati. Sama dengan di Nepal, penduduk-penduduk ini terutama tinggal di wilayah miskin di pedesaan. Mereka menikmati manfaat ekonomi karena harga rata-rata produk berbasis keanekaragaman hayati ini 30% lebih tinggi dibanding produk lain.

Menurut UNEP semua potensi di atas akan mampu dilipatgandakan jika Peru dan Nepal mampu mengatasi sejumlah tantangan yang menghadang. Mulai dari pendanaan, eksploitasi sumber daya alam, masalah sertifikasi, hingga kontaminasi dari produk-produk GMO – produk yang telah mengalami modifikasi genetik.

Di Nepal, 250 dari 700 tanaman obat potensial saat ini terancam kelestariannya. Di Peru belum ada perusahaan yang memeroleh sertifikasi hijau bagi produk-produknya.

Peru dikenal sebagai eksportir utama pisang, bahan baku obat-obatan, produk kopi dan coklat organik. Namun menurut UNEP, penanaman tanaman yang sudah dimodifikasi secara genetik mengancam potensi tanaman asli lokal.

Padahal, produsen di Peru telah terkoneksi dengan 2,4 miliar konsumen di seluruh dunia dengan nilai pasar lebih dari $38 triliun per tahun. Peru juga termasuk dalam 10 negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati terbesar di dunia.

Melindungi keanekaragaman hayati termasuk menjaga potensi keunggulan tanaman lokal bisa membantu mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengentaskan kemiskinan. Peluang ini adalah peluang jangka panjang yang tidak seharusnya dilewatkan hanya untuk kepentingan sesaat.

Sumber: Hijauku.com