LINGGA, batamtoday - Aktivitas pertambangan di Lingga dikhawatirkan dapat memicu konflik antar warga. Hal ini terlihat dari kasus penambangan bauksit di Dusun II Laboh, Desa Marok Kecil, Singkep.

Warga dusun tersebut merasa resah seiring dengan adanya pengukuran lahan oleh perangkat desa lain menindaklanjuti izin kuasa penambangan milik PT Citra Anak Negeri Gurindam di dusun tersebut.

Kepala Dusun II Laboh, Bahari mengatakan izin kuasa penambangan PT Citra Anak Negeri Gurindam berada di Desa Berdaun. Namun perangkat desa yang merupakan hasil pemekaran tersebut, justru melakukan pengukuran di Dusun II Laboh yang bukan wilayahnya.

"Padahal itu wilayah kami dan tidak termasuk di wilayah Desa Batu Berdaun," kata Bahari, Rabu (27/2/2013).

Setahu dirinya, dari dua kali pergantian kepala desa di Marok Kecil, lahan yang diukur oleh perangkat Desa Batu Berdaun tersebut merupakan wilayahnya.

Klaim itu, kata Bahari, dapat dibuktikan dengan adanya perkebunan karet milik warga Dusun II Laboh.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ahmad Syahari, Kepala Desa Marok Kecil yang menyebutkan tidak ada warga Desa Batu Berdaun yang memiliki areal perkebunan karet di desanya.

Sementara itu, Kisan Jaya selaku Camat Singkep menyatakan telah memanggil dua kepala desa bersama perangkatnya untuk dilakukan musywarah mencari solusi terbaik.

"Memang batas wilayah dua desa tersebut belum jelas usai pemekaran kemarin," kata Kisan.

Anggota Komisi I DPRD Kabupaten Lingga, M. Noer membenarkan sudah ada kepala desa dan kepala dusun yang merasa dirugikan mendatangi kediamannya,

Dia menyarankan agar desa membuat surat tertulis kepada pihak-pihak yang terkait, tentang izin KP dan batas wilayah desa.

"Hal ini juga akan saya sampaikan kepada Komisi II yang lebih bekompeten agar dapat menindaklanjuti, untuk mengantisipasi gesekan di warga," kata Noer.

Editor: Dodo