Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bereskan Dulu Limbah PT JOM, Baru Bidik Adipura
Oleh : Hendra
Sabtu | 23-02-2013 | 18:29 WIB
Limbah-PT-JOM1.jpg Honda-Batam
Limbah ferrosand milik PT JOM yang masih menggunung di belakang Kantor Camat Sagulung. (Foto: Gokli/btd)

BATAM, batamtoday - Ketua LSM Gebrakan Bersama Rakyat (Gebrak) Batam Uba Ingan Sigalingging mengatakan Kota Batam belum layak meraih penghargaan Adipura bila permasalahan limbah masih banyak terjadi di kota itu.


"Permasalahan limbah PT JOM salah satunya, yang mana kasusnya masih belum bisa diatasi oleh Pemko Batam," kata Uba kepada batamtoday, Sabtu (23/2/2013).

Dijelaskannya, penilaian untuk mendapatkan penghargaan Adipura ini tak hanya sebatas melakukan penilaian terhadap kebersihan di beberapa titik tertentu saja, namun yang tak kalah penting adalah faktor kelestarian lingkungan termasuk pencemaran lingkungan.

"Jika kasus pencemaran lingkungan ini tidak bisa diatasi dengan baik, maka Kota Batam dinilai belum berhak menerima penghargaan Adipura ini," jelasnya.

Masih kata Uba, pihaknya berharap agar Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dapat memberikan penilaian dengan baik dan tak hanya melakukan penilai yang terlihat dipermukaan saja, namun dapat menilai secara keseluruhan termasuk masalah lingkungan.

"Kita meminta KLH tidak mudah memberikan penghargaan Adipura ini sampai dengan permasalah limbah yang menyangkut masalah ekosistim dan lingkungan di Batam dapat terselesaikan dengan baik," kata Uba mengakhiri.

Hingga saat ini, limbah B3 milik PT JOM, yang diimpor dari Korea, masih menggunung di belakang Kantor Camat Sagulung. Keberadaan limbah ini telah sejak lama mengancam kesehatan warga sekitar. Bahkan, sejumlah warga yang tinggal di perumahn Griya Batuaji Asri (GBA) telah mengalamai gatal-gatal akibat rembesan air limbah tersebut, saat musim penghujan.

Memang, ribuan ton limbah pasir besi (ferro sand) itu ditimbuna di lahan kosong, akan tetapi sangat berdekatan dengan permukiman warga Perumahan GBA Tahap II.

Sudah tahunan warga sekitar melncarkan protes atas keberadaan limbah tersebut. Hanya saja, pemilik limbah juga disebut sudah tak beroperasi lagi di Batam, sehingga warga meminta pemerintah untuk melakukan evakuasi.

Editor: Dodo