Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

WALHI Aceh Serahkan Bantuan Korban Banjir Tangse
Oleh : Tunggul Naibaho
Senin | 21-03-2011 | 17:55 WIB
tangse.jpg Honda-Batam

Desa di wilayah Kecamatan Tangse tampak porak-poranda akibat banjir bandang yang membawa kayu gelondongan, gambar diambil 14 Maret 2011 (Foto: Ant).

Pidie, batamtoday – Banjir bandang Tangse yang memakan korban jiwa dan materi tak terkira nilainya, menggerakan aktivis WALHI Aceh untuk turun langsung memberikan bantuan materi semampunya untuk sekedar meringankan penderitaan para korban. WALHI Aceh yang selama ini bergerak membantu masyarakat dalam advokasi soal-soal lingkungan hidup, kali ini memberikan bantuan langsung dalam bentuk materi.

Penyerahan bantuan sebesar Rp25 juta diserahkan pada hari Sabtu 19 Maret 2011 di tiga desa dalam wilayah bencana terparah. Bantuan diserhakan dalam bentuk barang. Rombongan WALHI Aceh dipimpin langsung oleh Direktur Eksekutif T. Muhammad Zulfikar. 

“Kita memberikan barang-barang yang dibutuhkan korban berdasarkan masukan kawan-kawan di lapangan,” ujar Zulfikar.

 Barang-barang yang dibagikan tersebut antara lain beras, gula, susu balita, peralatan dapur, sanitasi kit, mukena, handuk, makanan kering/biskuit dan peralatan mandi.

“Bantuan ini memang tidak ada artinya dibanding kebutuhan korban, namun inilah bentuk solidaritas kami kepada masyarakat. Insya Allah kita akan terus mengumpulkan bantuan,” tandas Zulfikar yang juga dosen Universitas Serambi Mekkah.

Tiga desa yang mendapat bantuan dari WALHI Aceh adalah desa Blang Dalam (diterima oleh Keuchik Zainal Abidin), Desa Layan (diterima oleh Keuchik Usman Assalam) dan Desa Ranto Panyang (diterima oleh Sekdes Bakhtiar).

Setelah memberikan bantuan rombongan WALHI Aceh ditemani oleh tokoh masyarakat lokal melihat secara dekat titik-titik yang mengalami kehancuran akibat banjir bandang. Tampak banyak sekali kayu-kayu gelondongan berserakan dimana-mana.

Informasi dari masyarakat menyebutkan sebagian kayu gelondongan tersebut telah dipindahkan oleh pihak berwenang dengan alasan untuk dijual yang hasil penjualannya dipakai untuk rehabilitasi Tangse. Tokoh masyarakat setempat, Zuhri Maulidinsyah kepada rombongan mengatakan Ia menduga keras banjir bandang ini disebabkan oleh penebangan liar.

“Lihat saja begitu banyak kayu besar berserakan. Sawah-sawah penduduk hancur. Pemerintah harus merehabilitasi kerusakan ini,” kata Zuhri yang juga mantan anggota DPRK Pidie.

Memang tampak sawah-sawah penduduk yang tergerus air bandang dan di atasnya bergeletakan-kayu berukuran besar. Hal ini seperti di temui di Desa Peunalon I, desa pertama dihantam oleh aliran banjir bandang. Tampak kerusakan dimana-mana, rumah-rumah kayu roboh bagaikan kapas, serpihan kayu berserakan dimana-mana.

“Kita berharap agar peristiwa ini bisa jadi pelajaran bagi pemerintah dalam pelestarian hutan. Jangan cuma konsep saja, tapi segera bertindak,” ujar Zulfikar.

WALHI Aceh sendiri disarankan oleh beberapa pihak untuk memperkuat advokasi lingkungan di daerah Tangse. Misalnya dengan melakukan pendidikan rakyat untuk menjaga lingkungan termasuk hutan serta melakukan advokasi kepada pihak pemerintah maupun dunia internasional.